Tulisan ini terinspirasi dari film “Minggu Pagi di Victioria Park”. Film ini menceritakan tentang kehidupan para TKW di Hongkong. Masalah-masalah yang biasa mereka alami.
Tampaknya tujuan dibuatnya film ini adalah memberikan pendidikan dan pemahaman kepada para TKW (TKI) agar tidak terjebak dalam kasus-kasus yang serupa. Selain itu mengajarkan para TKW langkah-langkah yang seharusnya diambil saat mempunyai masalah di negara orang lain. Dari kacamata ini, hadirnya film ini sangatlah positif.
Namun ada sedikit yang menggangu penulis. Bukankah dengan demikian film tersebut bisa menjadi iklan untuk warga-warga Indonesia untuk berlomba menjadi para TKW? Karena ternyata juga ada gambaran bahwa menjadi TKW itu lebih baik dan menyenangkan, terutama jika dibandingkan dengan pekerja di dalam negeri.
Memang benar apa yang digambarkan dalam film ini, bahwasannya menjadi TKW bukan hal memalukan. Memang betul pekerjaan mereka bukan pekerjaan kotor dan nista. Namun apakah mereka tetap akan menjadi TKW di luar negeri seandainya ada pekerjaan yang sama layaknya di dalam negeri? Indikasi layak adalah penghasilan yang didapat bisa lebih cukup dibanding bekerja di luar negeri.
Penulis merasa aneh dengan pemerintah Indonesia yang dengan bangganya mengirimkan para warganya untuk menjadi pekerja buruh di luar negeri. Menurut penulis seharusnya pemerintah malu karena pengiriman pekerja-pekerja buruh yang jutaan sebagai bukti pemerintah belum dan tidak bisa memberikan kemakmuran untuk rakyatnya. Pemerintah Indonesia mengemis bantuan terhadap negara-negara lain untuk memakmurkan rakyat Indonesia. Disamping itu pemerintah (negara) mendapatkan untung dari pengiriman TKW tersebut. Sisanya pemerintah Indonesia selalu kalah dalam kasus yang dialami warganya, berbeda dengan Australia yang bisa membebaskan warganya yang jelas-jelas melanggar hukum.
Penulis pernah bertanya kepada salah seorang pejabat negara yang berwenang dalam penanganan TKI di Malaysia. “Apakah Indonesia mempunyai cita-cita besar menjadikan Indonesia bukan negara exporter Tenaga Kerja lagi?”, “Kenapa Indonesia tidak menjadi negara yang menampung tenaga buruh dari Saudi Arabia, Hongkong, Amerika atau Rusia?”. Alasan pertanyaan itu adalah karena kalau negara Indonesia berencana atau sudah tidak menjadi negara exportir tenaga kerja lagi, maka saat itu Indonesia sudah lebih baik dan maju. Semua rakyatnya mendapatkan penghidupan yang layak dari Negaranya.
Apa Yang Seharusnya?
Menurut hemat penulis, 1. justru kita semua harus selalu mendorong pemerintah agar menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi warganya. 2. Pemerintah harus serius mengurus negara ini dengan sumberdaya alam yang melimpah ruah dan sumberdaya manusia yang hebat-hebat. Bukankah kalau itu terjadi, Indonesia bisa berbicara banyak di dunia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H