Masyarakat Indonesia tentu mengenal Najwa Sihab, sang Host hebat. Dialah host yang sering membuat tamunya sedikit ketar-ketir. Logika dan daya kritisnya melahirkan pertanyaan-pertanyaan tajam untuk para tamu undangan. Penulis salah satu pengagum ayahnya; Qurasih Sihab. Karena ayahnya akhirnya penulispun sering mengikuti sepak terjang putrinya; Najwa Sihab –walau tidak selalu.
8 september 2014, pukul 09-10 malam waktu Malaysia, Najwa Sihab di undang ke RTM untuk diwawancara oleh host Sayed. Judul acaranya saat itu adalah ‘Sayed & Najwa’. Mengetahui ada Najwa Sihab di TV1, penulis penasaran dan menonton acara tersebut hingga selesai. Alasannya adalah ingin tahu sejauhmana seorang host hebat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin sensitive yang bisa mengganggu keharmonisan hubungan antara Metro TV dan RTM terlebih hubungan Indonesia dan Malaysia.
Tidak menjawab
Pada segmen kedua ada seorang penanya perempuan yang bernama Siti dari Kuala Lumpur. Menurut pengakuannya, Siti termasuk orang yang suka menonton Mata Najwa dan tayangan-tayangan televisi di Indonesia lainnya. Ketertarikan Siti menonton Mata Najwa adalah adanya keseimbangan. Yang dimaksud kesimbangan oleh Siti adalah bahwasanya dalam Mata Najwa tidak hanya menghadirkan satu pihak saja untuk melakukan diskusi (wawancara). Mata Najwa juga selalu menghadirkan pihak lain. Tentu saat tema dialognya yang berkaitan dengan dua pihak atau lebih yang berlawanan.
Setelah membuat sebuah pernyataan, Siti menanyakan pendapat Najwa Sihab tentang media di Malaysia. Penulis sedikit berdebar-debar menunggu jawaban Najwa. Namun penasaran juga apa jawaban Najwa. Setelah di tunggu-tunggu, ternyata jawaban Najwa hanya melakukan konfirmasi saja terhadap pernyataan Siti. Najwa menjelaskan bahwa memang demikian media seharusnya; terbuka dan berimbang. Dan Najwa Sihab sama sekali tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Siti.
Najwa Sihab tidak Menjawab ini boleh anda pahami sendiri! Apakah sebuah kelebihan seorang Najwa Sibah ataukah karena kelemahannya? Kenapa tidak menjawab?
Salah Menjawab
Di segmen terakhir, Sayed meminta pendapat Najwa Sihab tentang ceremonial menjalin hubungan dua negara. Najwa Sihab–bahkan penulis- memahami arti ceremonial adalah ‘basa basi’. Ia tampak sedikit berpikir untuk mendapatkan jawaban yang tepat. Lalu najwa mengatakan ‘bisa iya bisa tidak’. Menurutnya kadang pembicaraan-pembiaraan ceremonial (basa-basi) bisa sangat berguna untuk mengikat hubungan dua negara. namun tentunya, harus diiringi dengan medium-medium lain.
Mendengar jawaban Najwa Sihab demikian. Sayed sepertinya kurang puas. Ia mengakatan bahwa yang ia maksud ceremonial adalah seperti kegiatan yang mereka lakukan saat itu. Pembicaraan dalam sebuah acara yang direncanakan dan dibuat, bukan pembicaraan yang ‘tabi’i’. Penulis memahami bahwa yang dimaksud dengan ceremonial yang dikatakan Sayed adalah bermakna kegiatan yang dibuat bukan kegiatalan yang alami. Kalau demikian, maka tentu jawaban Najwa Sihab tidak mengena sasaran.
Kira-kira apa yang bisa kita kritisi atau ambil pelajaran dari kejadian ‘tidak dan salah menjawabnya Najwa Sihab?’
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H