Lihat ke Halaman Asli

Beras Organik Berkualitas

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="430" caption="Beras organik berkualitas pilihan Ibu bijak dan keluarga sehat."][/caption]

Siapa yang tak tertarik dengan tampilan beras berwarna putih? Apalagi jika harganya murah. Tetapi tunggu dulu Anda mesti lebih berhati-hati, karena beras cantik ini belum tentu sehat, bisa jadi beras seperti itu sudah dicampur bahan pemutih berbahaya. Lantas bagaimana membedakannya?

Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang terkandung bahan berbahaya di dalamnya, apalagi jika anda sering menyaksikan acara realita di salah satu televisi swasta tanah air. Meski sudah dilarang keras dan bahaya yang ditimbulkan pun telah diketahui secara luas, namun penggunaan zat-zat berbahaya tetap dilakukan oleh produsen makanan, seperti tahu dan mie formalin, boraks pada baso, serta zat pewarna tekstil atau kertas pada minuman dan krupuk. Alasan penggunaan zat berbahaya ke dalam makanan atau minuman ini terutama adalah untuk mendapatkan tekstur, bentuk, atau warna yang lebih baik.

Yang lebih mengkhawatirkan, kini bahan berbahaya tersebut sudah mulai meracuni makanan pokok penduduk Indonesia, yaitu beras. Sekarang ini cukup banyak beras yang beredar di pasar adalah beras yang mengandung bahan kimia berbahaya. Tujuannya tak lain adalah untuk memperindah tampilan fisik beras, seperti pemutih, pewangi, pelicin dan penghilang kutu.

Tuai Banyak Penyakit

Ahli pangan dari Departemen Ilmu dan Teknologi pangan Prof. Tien R Muchtadi, dari Fakultas Teknologi Pertanian IPB mengatakan, “Beras yang ada kandungan bahan berbahaya sangat berbahaya bagi tubuh manusia karena bisa mendatangkan banyak penyakit,” katanya.

Anda jangan langsung tergiur jika berhadapan dengan beras yang warnanya putih sekali,” terang Prof Tien. Menurutnya, bisa saja, beras yang putih itu didapatkan dari proses pencampuran bahan kimia klorin. Padahal, klorin digunakan pada pemutih pakaian, deterjen maupun penjernih air yang apabila dikonsumsi secara terus menerus bisa mengancam nyawa.

Klorin biasa digunakan untuk membunuh kuman di kolam renang, air minum, dan pembuangan air rumah tangga. Klorin juga digunakan untuk pemuiih pakaian. Menurut Prof. Tien, klorin dalam bentuk gas akan menyebabkan iritasi kulit, gangguan pernapasan, dan selaput lendir. Dalam konsentrasi tinggi, klorin dapat menyebabkan kematian. Pemakaian klorin dalam jangka panjang jelas beresiko menimbulkan kanker. Dalam jangka 20 tahun, klorin dapat menimbulkan kerusakan pada usus. Usus akan tergerus dan sering menimbulkan penyakit gangguan pada lambung (Maag).

Menurut beberapa penelitian, mengkonsumsi klorin yang terakumulasi dapat menyebabkan kanker kandung kemih, atau terjadi peningkatan prevalensi asma pada anak-anak. Bahaya klorin jika masuk kedalam tubuh yang melebihi ambang batas kewajaran dapat menyebabkan kerusakan vitamin B, C dan E dalam tubuh. Apabila bereaksi dengan asam dari tumbuhan yang membusuk akan terbentuk trihalomethans (THMs) yang bersifat karsinogen atau zat yang berpotensi menyebabkan kanker.

Bahaya klorin memang tidak serta merta dirasa konsumen. Namun yang jelas, beras yang mengandung bahan berbahaya akan terasa dalam jangka waktu lama, jelas Prof. Tien. “Kerugian yang paling nyata membeli beras campuran ini rasanya kurang enak setelah dimasak, warna tidak seputih seperti semula. Walaupun harganya relatif lebih murah, tetapi resiko bahaya terhadap kesehatan harus ditanggung konsumen,” katanya.

Tanda Beras Berbahaya

Sampai saat ini, masih berkembang persepsi keliru di masyarakat bahwa beras itu harus pulen dan putih. Selain itu, ada persepsi lain yang keliru mengenai beras di masyarakat umum. Beras bagus kerap disamakan dengan wangi. Padahal, untuk urusan wangi, konsumen juga harus selektif. Karena wangi bisa saja merupakan wangi abal-abal alias wangi semprotan.

BERAS ORGANIK SEHAT PADIMAS ORGANIC

BERAS BERBAHAYA

Beras organik sehat justru tidak ter­lalu putih seperti ketan putih.

Berasnya berwarna sangat putih, ber­beda dengan warna putih alami yang nampak dari beras seperti biasanya.

Beras alami biasanya akan mening­galkan serbuk kasar jika digeng­gam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline