Lihat ke Halaman Asli

Darah di Wilwatikta Eps 49: Semak Merah Darah

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13386090291036873107

RAKYAN Wanengpati mengusap serulingnya dengan hati- hati. Diamatinya sejenak seruling yang baru saja ditiupnya itu, lalu diselipkannya ke ikat pinggang yang terbuat dari kain.

Durgadhini yang berjalan disampingnya memperhatikan Rakyan Wanengpati.

“ Untuk apa kau tiup seruling itu? “ tanya Durgadhini padanya, “ Kurasa hanya ada dua perempuan lain selain aku di sekitar sini, yang satu nenek- nenek, yang satu gadis cantik, tapi aku yakin kau tak akan dapat melakukan hal yang biasa kau lakukan pada salah satu dari mereka. “

Rakyan Wanengpati menyeringai lebar.

“ Ah, “ katanya, “ Sekali- sekali ilmu Buluh Perindu Penggoda Sukma ini bisa juga digunakan untuk tujuan lain selain untuk memetik bunga- bunga segar, “ katanya tertawa.

Durgadhini tak menjawab. Rakyan Wanengpati mata keranjang. Julukannya Dewa Pemetik Bunga. Dia tak pernah melewatkan kesempatan untuk menggoda gadis- gadis yang diumpamakannya sebagai bunga segar. Bukan hanya menggoda, dia juga tak segan untuk menggunakan akal jahat memakai bubuk Paraga Gayuh Tresna yang sebenarnya tak lagi boleh dibuat apalagi digunakan untuk merebut kesucian para gadis tak beruntung yang kebetulan berpapasan dengannya.

“ Maksudmu? “ tanya Durgadhini, dan sebelum Rakyan Wanengpati menjawab, telah disusulnya kalimat itu dalam nada datar yang agak dingin, “ Kuperingatkan kau, jangan main- main. Kita sudah pernah gagal sekali, dan Ketua Muda tak akan mengampuni kita jika kita gagal untuk kedua kalinya buat membawa Kiran kehadapannya dengan utuh. “

Durgadhini menekankan kata utuh dalam kalimatnya.

Rakyan Wanengpati menyeringai lagi.

“ Aku mengerti, “ jawab Rakyan Wanengpati, “ Dan karena itulah kugunakan ilmu Buluh Perindu Menggoda Sukma ini untuk membantu kita. Ilmu Buluh Perindu Menggoda Sukma ini bisa membuat pendengarnya mengantuk, atau menurut pada kita, sehingga kita tak akan kesulitan memenuhi perintah Ketua Muda. Mohiyang Kalakuthana aku rasa tak akan menyulitkan. Kita membawa surat dan uang dari Ketua Muda untuknya. Dia akan menyerahkan Kiran pada kita. Tapi, bagaimana dengan gadis itu sendiri? Dia belum tentu akan menyerah begitu saja. Dan tak akan mudah bagi kita untuk menaklukkannya jika dia melawan kita. Lain halnya jika dia berada dalam keadaan mengantuk atau bahkan tersirep dan menurut pada kita sebab telah mendengar suara seruling ini.”

Hmmm. Durgadhini tetap tak mengatakan apapun tapi dia mengerti kini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline