Lihat ke Halaman Asli

Darah di Wilwatikta Eps 48: Menerobos Kepungan Majapahit

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13375813282030180802

[caption id="attachment_189538" align="aligncenter" width="461" caption="Pintu Gerbang Waringin Lawang (foto: badailautselatan.wordpress.com)"][/caption]

TROWULAN yang riuh semakin gaduh. Gema pertempuran yang terjadi di lapangan Bubat akhirnya melebar. Warga berbondong-bondong menuju Bubat, ingin melihat dari dekat apa yang terjadi. Prajurit Majapahit berjaga-jaga di sudut-sudut strategis.

Di kios gerabah milik Mbah Wongso, para pendekar berdiskusi serius.

"Kita berpacu dengan waktu," bisik Pendekar Misterius. "Mahapatih Gajah Mada dan Bhegawan Buriswara adalah orang yang cermat. Mereka tak akan melakukan kesalahan. Aku yakin, sebentar lagi semua pintu gerbang akan dijaga ketat..."

“Kalau begitu tunggu apa lagi? Ayo, kita kawal saudara Kayan meninggalkan Trowulan," ujar Pendekar Padi Emas.

Pendekar Misterius menggeleng. "Sedapat mungkin, kita jangan menarik perhatian. Jika kita semua menemani saudara Kayan, itu terlalu menyolok. Biar aku saja yang menemani saudara Kayan meninggalkan Trowulan..."

"Aku setuju," timpal Gegurit Wungu. "Aku pikir sebaiknya Pendekar Misterius saja yang mengawal saudara Kayan. Biar kita bertiga berjaga-jaga dari kejauhan. Jika diperlukan, kita bisa memberikan bantuan..."

"Sebelum dilanjutkan, aku ingin mengingatkan tentang resiko yang akan kita terima jika kita ketahuan berusaha menyelundupkan prajurit Sunda Galuh. Kita akan dicap sebagai pengkhianat. Bukan hanya kita. Keluarga kita mungkin akan dibasmi," ujar Pendekar Misterius sambil menatap rekan-rekannya.

Yang ditatap terdiam. Termenung. Dan merinding. Membayangkan mereka akan menjadi musuh Kerajaan Majapahit. Membayangkan keluarga mereka dikejar-kejar dan dibasmi.

"Itu akan terjadi jika ketahuan bukan? Makanya kita harus berusaha agar tidak ketahuan. Sederhana saja bukan?" Wolu Likur berujar sambil tersenyum kocak. Mau tak mau yang lain ikut tersenyum.

"Bagaimanapun, hidup ini memang penuh dengan resiko,” kata Pendekar Padi Emas. “Sebagai pendekar, kita harus bisa mengambil resiko. Karena itulah kita harus bekerja sama agar aksi kita tidak ketahuan..."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline