Lihat ke Halaman Asli

Darah di Wilwatikta Eps 58: Batas Waktu

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1419600158159756924

CERICIT burung mulai terdengar.

Bunga liar dan rerumputan basah tertimpa embun. Di ujung batas pandang samudera, diantara warna gelap dan gerak ombak, cahaya kuning keemasan mulai muncul.

Pagi menjelang.

Di dalam sebuah hutan di atas tebing di tepi laut, dua pendekar sedang berlaga. Mereka sudah mulai berlaga sejak sebelum Sang Surya tenggelam kemarin, dan belum juga berhenti hingga saat ini.

Kedua pendekar itu, Mohiyang Kalakuthana, yang diantara para pendekar dikenal sebagai si Ratu Racun, melawan Kiran, seorang tabib muda yang sebelumnya diculik oleh Mohiyang atas perintah Ketua Muda. Namun kemudian, Kiran menyelamatkan Mohiyang dan kemudian mengobatinya ketika Mohiyang terkena racun Suksma Halayang.

Racun yang hanya bisa dikeluarkan dari tubuh dengan cara berlaga. Walau dengan tahuran besar. Siapa yang kalah, akan harus mewariskan ilmunya pada pemenang laga. Jika tidak, dia akan mati dengan tubuh terbakar.

Tak ada pilihan, sebab di hutan itu hanya ada Kiran dan Mohiyang, maka Kiranlah yang harus berlaga melawan Mohiyang, yang saat itu sebenarnya belum sepenuhnya pulih setelah terkena racun.

Tapi, ilmu silat Mohiyang bukan ilmu yang dapat diremehkan. Walau kondisinya masih agak lemah, itu tak menghalanginya untuk bisa terus berlaga sepanjang malam.

Peluh bercucuran di kening Mohiyang. Begitu pula di kening Kiran.

Mereka terus mengeluarkan beragam jurus dan ajian.

Mohiyang tampak melompat, menyerang Kiran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline