Lihat ke Halaman Asli

Misteri Arca di Awang-awang

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tanpa mengaku, aku tahu tubuhmu beku.
Setetes pun tak mengeles.
Tak bergidik meski ku hardik.
Apalagi bernyanyi dalam alunan angin sepi.

Bersama malam yang sebentar lagi pulang, ku buat arcamu di awang-awang.
Antara Golgatha-Roma, ku selibkan jembatan salib.
Antara India-Himalaya, kepala tak berumput ku tata lembut.
Antara Mekkah-Madinah, ku pajang Hajar yang mencari zamzam.
Terpahat pula hikayat-hikayat dari pelbagai riwayat.

Aku tahu tubuhmu ngilu dalam likuan batu.
Atau mengeram kala pikiranku menerkam.
Sungguh indah.
Begitu gagah ketabahanmu tak menyanggah.
Namun tak jarang mendung yang kau kandung meraung.

Selama menerawang arcamu di awang-awang, ku temukan neracamu membayang.
Terurai sepoi dalam buaian masa damai.
Sebatas langkah lalu menghempas tanpa bekas.
Mungkin menyatu dengan misteri negeri hantu.

Dan kini, berbagai badai benar-benar membelai.
Angin tak lagi berdecak sepoi.
Bumi menelan arca itu hingga enggan menghantu.

Semarang,
01:28/240112.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline