Lihat ke Halaman Asli

Sahyul Pahmi

TERVERIFIKASI

Masih Belajar Menjadi Manusia

Puisi | Seorang Pemabuk di Kota Mati

Diperbarui: 7 April 2021   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pixabay.com

Tak lagi padu
Antara akal dan nalarnya
Antara jerit dan lukanya
Runtuh, kering, di bahu kirinya

Nisbi semua logika
Hari ini suram muram hakikat penciptaan
Lomba mendahului saling manafikan

Seorang pemabuk hanya tetap meneguk tuaknya
Sambil menertawai flat-flat mobil
Perhiasan-perhiasan janda
Lampu-lampu rumah mewah

Kota ini telah mati; katanya.

Apakah benar dunia ini telah sebagaimana mestinya? tanyanya.

Cibirlah aku sekuat umurmu menyembah drama-dramamu
Yang sama sekali tak lucu bagiku

Kalau kau tak kuat
Temanilah aku
Mabuk dengan tuak-tuak ini

Mungkin kau akan mengerti
Bahwa yang paling memabukkan adalah egoisme-egoisme kita sendiri
Tentang dunia yang seakan ingin kita punyai

*****
Makassar. 07/04/2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline