Lihat ke Halaman Asli

Sahyul Pahmi

TERVERIFIKASI

Masih Belajar Menjadi Manusia

Mengenang Bagian-bagian Menegangkan Saat Cukur Rambut Pakai Gunting

Diperbarui: 10 April 2020   16:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pixabay.com/pictureperpect7

Sebelum adanya mesin cukur yang sekarang dipakai barbershop ataupun tempat cukur rambut tradisional, gunting sejak dulu kala telah menjadi alat kompatibel banget dengan tangan masyarakat desa dalam dunia cukur-mencukur rambut. Bahkan di banyak desa hal tersebut masih dipertahankan sampai sekarang.

Sebelum libur kuliah, untung sudah pulang kampung jadi saya nggak harus naggapin polemik mudik yang sebagaimana nasib polemik biasanya hanya sebagai bahan ngerusuh di sosmed. Sudah lebih 3 minggu saya di kampung, kemarin sore saya merasa rambut gondrong ini sudah saatnya harus dirapikan, apalagi bapak saya juga pintar mencukur rambut.

Tibalah saya di sore hari itu dicukur di dego-dego rumah (baca: istilah teras rumah dalam bahasa Bugis-Makassar), berbalut sarung dan perasaan sedikit tidak tega rasanya, melihat rambut gondrong yang telah lama saya pelihara harus dieksekusi oleh bapak saya. Seperti perkiraan anda saya dicukur memakai gunting.

Singkat cerita, saya selesai dicukur, dan entah mengapa hal-hal yang saya rasakan pada saat dicukur memakai gunting, membawa saya pada sebuah ingatan tentang saat-saat kecil dulu, saat masih SD, ada bagian-bagian mengenangkan yang tidak kalah menegangkannya dengan pernyataan pacar ketika berkata "Aku Bosan".

Untuk itulah saya akan membawa kamu, mereka, juga dia (((diaa??))) yang pernah merasakan dicukur memakai gunting kepada bagian-bagian menegangkannya, sebab kadang kita perlu kembali kepada kenangan agar kita paham bahwa masa depan tidak hanya kita bentuk dari kemenangan tapi juga kegagalan.

Bagian Pertama

Pada bagian ini, belum sampai memasuki jenjang pemotongan, masih taraf peninjauan alat, dimana pada saat itu bapak saya sedang memeriksa laci lemarinya, memilah satu persatu isi lacinya, sampai ia menemukan sebuah gunting.

Ketika ia telah menemukan guntinnya, ia belum menuju ke arena eksekusi rambut saya, ia masih memilah laci-laci yang ia temui di sekitar rumah, sampai ia menemukan sebuah sisir.

Saat keduanya telah ia temukan, tangannya yang sudah kasar karena selama ini sangat kuat membesarkan saya, ia bersiap-siap, menerawang sisi rambut di kepala saya yang harus ia dahulukan untuk dicukur.

Bagian inilah yang saya kira bagian pertama menegangkannya dicukur pakai gunting saat masih SD dulu, sebab dalam hati saya, saya bertanya-bertanya "Tajamji guntinga itu?", "Apakah akan tidak terasaji seperti rambut dicabut?".

Dulu pertanyaan itu selalu hadir diingatan saya saat ingin dimulai dicukur, pertanyaan itu pula yang membuat saya tegang. Tentu akan sakit rasanya dicukur pakai gunting bila guntingnya tidak tajam, bahkan kadang saya sering memberi alasan agar proses cukur tidak dimulai, sampai ketegangan saya hilang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline