Lihat ke Halaman Asli

Sahyul Pahmi

TERVERIFIKASI

Masih Belajar Menjadi Manusia

Puisi | Sebuah Hidup yang Berpuisi, Sebuah Hidup yang Berdiksi

Diperbarui: 10 November 2018   08:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Dokumentasi Pribadi

Dunia yang puisi
Adalah dunia tak yang berhitam putih
Semuanya adalah warna-warni

Ada sahabatku yang bercerita kepadaku
Tentang lucunya Ibunya ketika tak mampu lagi
Membeli beras, Ia dongenkan kepada anak-anaknya
"Sebenarnya Ibu masih punya banyak uang Nak, tapi Ibu akan memperlihatkanmu sulap
yang walau kalian tak makan seharian, kalian tetap tidak lapar."
Para anak-anaknya tertawa--tertidur, sampai pagi menyapa

Ada teman kelasku bercerita kepadaku
Tentang lucunya Ia ketika berada di kelas
Saat gurunya mencelanya bahwa Ia adalah anak bodoh,
Dengan santai temanku itu menjawab
"Aku memang bodoh Bu', oleh sebab itulah aku datang ke sekolah untuk belajar."

Di samping rumahku,
Ada seorang pengamen tua yang bercerita kepadaku
Tentang lucunya para pengguna jalan yang bermobil mewah
Ketika Ia diberi uang 2000 rupiah, Ia sangat bersyukur---Ia sangat bahagia
"Aku mungkin dilihat sebagai celengan masjid, sungguh berkah diriku Tuhan."

Diksi-diksi itu
Adalah tentang warna-warni pandangan hidupmu
Sebuah hidup yang berpuisi
Sebuah hidup yang berdiksi

*****

Makassar, 09 -- November -- 2018.

- Simak video di bawah ini jika ingin mendengar pembacaan puisinya. Salam


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline