Teruntuk Ramadan
Bulan 1001 bintang
Tak aku perlakukan
Andai doa telah dilepaskan
Kamu dan aku
Berkata diam
Di meja makan
Ketika umurku yang baru kujalankan
Masih bisakah terjadi
Zaman yang berulang
Menjawab suara adzan
Dengan kolak dan cendol
Sebagai hadiah dari lapar dan dahaga
Jiwa dan raga
Di gubuk kecil yang telah lama kita anggap istana
Karena adanya Ibu, Ayah, dan Adik-adikku tercinta
Masih bisakah terjadi
Hamba yang lemah ini
Mengisi sepertiga malam
Dengan cerita pagi tadi
Bersamaan duduk menyepi
Menanti gong berbunyi
Tanda menahan harus segera dilalui
Teruntukmu Ramadan
Di kepalaku tanda tanya melayang-layang
Tentang pertanyaan
Yang takkan bisa kujawab
Soal jarum jam
Entah angka berapa yang ia akan tunjukkan
Namun, di detik waktuku berdiri ini
Jangan lagi pedulikan
Yang tak merinduimu
Karena ada aku
Raih bahuku
Raba bibirku
Sampai waktu bosan padaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H