Puncak kebahagiaan seorang penulis adalah ketika tulisan-tulisannya dibukukan dan diterbitkan serta menjadi best seller. Namun seorang teman pernah bertanya.
"Sahyul aku juga seorang penulis."
"Wah bagus tuh, sudah berapa banyak tulisanmu kawan ?"
"Banyak sekali, andai dibukukan bisa berjilid-jilid !"
"Pasti novel" kataku.
"Bukan, catatan pinjamanmu di warungku." #wadduh, jangan buka kartu kawan.
Terlelas dari pinjaman itu, di tahun 2016 yang lalu saya mempunyai resolusi menerbitkan buku kumpulan puisi. Akan tetapi, resolusi itu baru bisa tercapai pada tahun ini, puisi-puisi di dalam buku itu adalah puisi-puisi yang pernah saya tulis selama mengarungi dunia Bloging Kompasiana (#eh, emangnya Kompasiana laut ?. Iya, lautnya para Bloger cantik dan gagah-gagah).
Tema puisi yang saya tulis pun beragam, mulai dari politik, ekonomi, anak-anak jalanan, penindasan sampai saat saya ditolak oleh cewek idaman saya karena resleting celana saya terbuka. Saya masih ingat penolakannya dulu.
"Kamu tahu kan cinta itu saling menutupi kekurangan," katanya.
"Iya, terus kenapa kamu menolakku."
"Tuh, lihat resleting celanamu masih terbuka," katanya.