Ku-usahakan tidak meminum kopi
yang sudah tercampur ludahku sendiri
didihnya dari suhu mentari
di tengah hari
perih mengalir dalam diri
nyatanya sesekali
kumasih menjilat gelasnya
bekas tegukan terakhir
dan tak lekas membersihkannya
padahal air cuma-cuma memberi segarnya
oh sang jiwa
turutilah hati yang tak pernah berdusta
jangan pahami akal duniawi
yang meredupkan lentera Ilahi
melapukkan jati diri manusiawi
diri ini musuh paling disegani
untuk melawannya
kuperlu sabar dalam syukur
kuperlu syukur dalam sabar
terdengar rumit sekali
jika tidak begitu tunggu saja
kumati tapi tak terasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H