Setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengeluarkan hasil akhir Pemilu Legislatif 2024. Kini diskursus politik tanah air mulai bergerak kearah pembentukan kompisisi pimpinan di lembaga negara seperti DPR. Partai Golkar sebagai pengusung pasangan pemenang Pemilu Presiden Prabowo Subianto-Giran Rakabuming Raka, sekaligus meraih suara terbanyak dari seluruh anggota koalisi mulai digadang-gadang akan maju sebagai pimpinan koalisi besar sebagai back up untuk pemerintahan mendatang.
Wacana untuk membentuk koalisis besar itu diutarakan sendiri oleh Sekjen DPP Partai Gerindra Ahmad Muzani yang juga adalah partainya Prabowo Subianto. Menurutnya. Perlunya pembentukan koalisi tersebut tak lain demi menyukseskan beragam program besar yang hendak dijalankan Prabowo Gibran, selain juga untuk memastikan pelanjutan program presiden Joko Widodo yang belum sempat diselesaikan. Sehingga yang palik layak untuk mengamankan pelanjutan program Jokowi itu tersebut adalah Menteri-menteri terdekatnya dan itu ada pada sosok Airlangga Hartarto yang tak lain adalah pimpinan partai berlambangan beringin tersebut.
Hal senada, tentang wacana pembentukan koalisi besar pimpinan partai Golkar itu juga disampaikan pengamat politik Dedi Kurnia Syah, Dirinya mengamini perlu lahirnya koalisi besar tersebut mengingat sejumlah program pemerintahan sekarang yang perlu terus berjalan dibawah pimpinan presiden berikutnya. Sehingga menjadi sebuah kelebihan jika wacana koalisi besar tersebut benar-benar terealisasi. "Kelebihan yang dimaksud yakni stabilitas dan efektifitas putusan politik. Sehingga pemerintah dimudahkan dalam menjalankan pekerjaan pembangunan," kata Dedi, Jumat (22/3/2024).
Dalam pandangannnya, wacana pembentukan koalisi itu sangat bisa terjadi, meski menurutnya harus proporsional.Proporsional yang dimaksud adalah partai-partai pengusung pasangan pemenang harus diberi porsi berdasarkan kinerja politik mereka, utamanya dalam hal pemenangan.
Maka pada bagian ini, Golkar layak mendapat porsi lebih dibanding partai lain, karena selain jadi partai pemenang dengan suara terbanyak, dia juga merepresentasikan Gibran karena sosok tersebut diususung atas nama partai tersebut.
Maka, selain posisi penting yang harus diduduki, Golkar sudah semestinya tampil sebagai pimpinan koalisi besar, karena jumlah suara yang dibawa di Parlemen juga paling besar dibanding anggota koalisi lainnya. "Apalagi dengan partai yang mengusung calon lain yang juga punya suara relatif banyak seperti PKB dan Nasdem, dengan keduanya relatif tak ada pertentangan dengan anggota koalisi pengusung Prabowo-Gibran, sehingga wacana koalisi besar cukup mudah dijalankan," papar Dedi.
Dengan kondisi tersebut, maka peluang Ketua Umum DPP Golkar Airlangga Hartarto tampil sebagai ketua koalisi besar relatif besar. Hal itu tak lain karena selain ketua partai yang menjadi pendukung Prabowo-Gibran dengan jumlah kursi terbesar, Presiden Jokowi juga memiliki kepercayaan yang tinggi pada Airlangga. "Kinerja Airlangga dinilai cukup baik dalam mengawal sektor perekonomian dalam negeri jadi peluangnya cukup besar memimpin koalisibesar. Ini menandai jika Jokowi akan ada di pihak Golkar, termasuk soal penyusunan kabinet," tutupnya.