Lihat ke Halaman Asli

Anak Tansi

Seorang perantau yang datang ke ibu kota karena niat ingin melihat dunia lebih luas dari Jakarta

Airlangga Hartarto Ingin Indonesia Aktif dalam Jaga Stabilitas Indo Pasific Lewat Ekonomi Inklusif

Diperbarui: 8 Maret 2024   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ekon.go.id

Sejumlah strategi telah dipetakan pemerinh dalam mendukung tercapainya target visi Indonesia Emas 2045. Langkah tersebut antara lain dalam bentuk penerapan langkah transformasi ekonomi melalui penetapan sejumla arah pembangunan dari sejumlah sisi, mulai dari ilmu pengetahuan dan teknologi, inovasi, dan produktivitas, ekonomi hijau, transformasi digital, integrasi ekonomi domestik dan global, hingga urban and inclusive economy.

Pencanangan program tersebut tak berdiri sendiri. Penguatan dengan tujuan pertumbuhan ekonomi secara inklusif tersebut juga dilakukan melalui upaya kerjasama internasional. Hal itu tak lepas dari posisi yang juga bagian dari mitra global dengan turut menjadi penentu arah ekonomi global melalui keterlibatan dalam sejumlah fora internasional.  Salah satu yang sedang dalam proses pelibatan adalah dengan bergabung dalam OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). 

Proses masuk sebagai negara pertama Asia Tenggara dan ke tiga di Asia tersebut sudah masuk pada tahapan Open for Accession Discussion untuk menjadi anggota penuh. "Melalui kerja sama di berbagai fora internasional, Indonesia juga memberikan arah pada kondisi global yg kondusif terutama untuk pertumbuhan ekonomi. Dengan standar global, seperti di OECD, tentunya kita berharap kita dapat multiplier effect dalam bentuk kepercayaan internasional terhadap iklim investasi di Indonesia," ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Launching Indo-Pasific Strategic Intelligence (IPSI), Jumat (8/3/2024).

Motif besar dari keinginan untuk bergabung  dengan OECD tersebut tak lepas dari implikasi dan pengaruh besar yang akan diperoleh Indonesia. Sebelumnya, berdasarkan kajian yang telah dilakukan pemerintah, jika Indonesia bergabung dengan OECD, maka hal tersebut bisa  meningkatkan PDB Indonesia hingga 0,94%, serta meningkatkan investasi negara OECD ke Indonesia hingga 0.37%, ditopang oleh tingginya permintaan ekspor dari anggota OECD yang mendorong arus investasi domestik.

Tak cuma OECD, Indonesia juga ikut aktif dalam penciptakaan  stabilitas kawasan, khususnya di Indo-Pasifik. Stabilitas dan keamanan kawasan tersebut memiliki peran yang penting bagi logistik dan ketersediaan komoditas negara di Asia Tenggara dan Pasifik Selatan, untuk itu Indonesia juga telah turut berperan dalam Indo-Pacific Economic Framework (IPEF).

Langkah tersebut menjadi bagian dari upaya tumbuhnya ekonomi secara inklusif yang dalam beberapa bidang telah lebih dahulu dilakukan, seperti industrialisasi pada beberapa sektor, mulai dari hilirisasi sumber daya alam hingga digital, pembangunan industri petrokimian dengan target sebesar 30 juta ton untuk olefin dan 5,6 juta ton untuk aromatik pada tahun 2035, penguatan industri otomotif, pengembangan rantai pasok semikonduktor, hingga perbaikan ekosistem logistik untuk menekan biaya logistik hingga 8% pada tahun 2045. "Untuk pertumbuhan yang kuat dan inklusif, maka Indonesia harus terintegrasi pada rantai pasok kawasan dan global. Karena itu, keamanan dan stabilitas menjadi penting agar rantai pasok kita tidak terganggu," pungkas Menko Airlangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline