Pada tahun 2045 mendatang Indonesia telah menetapkan target sebagai negara yang lepas dari middle income trap atau jebakan negara berpendapatan menengah. Strategi maupun langka aplikasi dalam mengejar upaya tersebut telah dilakukan dalam lima tahun terakhir.Berbagai kebijakan, khususnya bidang ekonomi sebagai bantalan utama untuk menapak ke tahap yang juga bertepatan dengan 100 Indonesia merdeka tersebut telah juga dieksekusi. Beberapa indikatornya pun sudah memperlihatkan tanda-tanda positif secara konstan khususnya dari sisi ekonomi. Tanda-tanda tersebut bisa dicapai di tengah situasi global yang kian tak menentu dan potensial mengancam sejumlah target yang telah ditetapkan. Indikasi paling kuat dari daya tahan ekonomi itu bisa dilihat dari indikator makro yang menegaskan kekuatan relatif yang dimiliki, karena di tengah situasi tak menguntungkan itu ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang tertinggi di dunia . Pada triwulan III-2023, ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% (yoy) dan capaian ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Tiongkok, Malaysia dan AS. Capaian baik ini juga didukung tingkat inflasi rendah yakni 2,56% (yoy). Selain itu, dari sisi fundamental makroekonomi, Indonesia juga masih lebih baik di antara peers countries.
Agar target lepas dari jebakan negara berpendapatan menengah dan menuju negara berpenghasilan tinggi, pertumbuhan rata-rata ekonomi harus rata-rata minimal 5% per tahun, dengan investasi tumbuh rata-rata sebesar 6,8% per tahun dalam beberapa tahun ke depan. Maka untuk mencapai itu, berbagai strategi dan arah kebijakan yang dibuat terus dilakukan, mulai dari regulasi dan prosedur kemudahan melalui UU Cipta Kerja yang memudahkan perizinan berusaha, lalu berbagai bentuk insentif pajak seperti tax allowance, tax holiday, investment allowance untuk insentif tenaga kerja, dan super deduction untuk program vokasi dan riset.
Tak cuma dari sisi aturan, pembanguna ekosistem dan hilirisasi industri strategis, mineral kritis dan komoditas lain bernilai tambah tinggi serta tahan lama juga telah dilakukan. Ini tak lain juga menjadi target pemerintah menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen kendaraan listrik terbesar bersama ekoisistemnya. "Maka dari sekarang dan ke depan, peningkatan investasi menjadi niscaya, utamanya untuk industri strategis, seperti industri semi-konduktor, karena Indonesia punya bahan mentah yang banyak untuk memproduksi silica atau photovoltage. Kami ingin dari CTBC bisa memfasilitasi para investor Taiwan supaya bisa berinvestasi di sana," ujar Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat berbicara dalam acara CTBC Economic Outlook 2024 bertema 'Optimism in the Midst of Uncertainty' di Jakarta, Selasa (28/11/2023).
Dikatakan lebih jauh oleh Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini, bahwa bentuk ekosistem yang telah berhasil dibuat beroperasi ada sebanyak 20 dalam bentuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan tersebar di seluruh tanah air. Sebagian besarnya terus mengalami pertumbuhan investasi secara pesat, dan yang terbesar diantaranya adalah KEK Kendal dan Gresik dan ke dua lokasi itu pula Airlangga mengajak investor dari Taiwan untuk masuk berinvestasi di kedua KEK tersebut. "Saya mengapresiasi kegiatan economic outlook hari ini. Selain bermanfaat memberikan wawasan, semoga juga dapat membuka peluang perdagangan dan investasi yang lebih luas antara Indonesia dan Taiwan," pungkas Menko Airlangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H