Sejumlah rencana besar dan jangka panjang untuk mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan industri terus jadi program prioritas pemerintah. Bentuknya pun sudah terlihat melalui apa yang disebut sebagai Inisiatif Making Indonesia 4.0. Sebuah proposal yang digambarkan sebagai peta jalan integratif dalam rangka penyiapan industri nasional dalam menghadapi era digital. Penyiapan tersebut selanjutnya diikuti oleh rencana dan persiapan dalam menghadapi era 5.0 dimana masyarakatnya sudah menjadi kian terdigitalisai yang mana untuk bidang ini persiapnnya meliputi Edge Computing, Big Data Analytics, serta Internet of Every Things.
Semua konsep tersebut pun sudah mulai diterapkan secara pada proyek Ibu Kota Nusantara (IKN), sekaligus menjadi contoh bagi penerapan smart city, sehingga dengan gambaran yang kelak terwujud secara masif di satu tempat itu, bisa menjadi contoh dalam penerapan smart city bagi kota-kota lain tanah air dalam penyiapan masyarakat saat masuk ke era 5.0 itu. Kerja besar itu juga meniscayakan penggunaan teknologi dari energi terbarukan sebagai bagian dari transisi dalam rangka pengurangan energi fosil. Teknologi dengan energi baru terbarukan itu sendiri masih memerlukan pengembangan serta inovasi yang terjangkau dan pada aspek ini menjadi tugas kalangan kampus dan peneliti untuk mewujudkannya.
Seperti disampaikan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, hingga saat ini Indonesia belum puna teknologi baru seperti pengambangan carbon capture untuk pengurangan CO2 dan masih harus impor. Hal serupa juga terjadi pada sektor lain yang juga gencar dilakukan pemerintah, seperti hilirisasi bahan-bahan mentah. Akibat lainnnya, Indonesia juga masih mengalami ketergantungan kepada impor bahan baku pendukung industri dan terpaksa melakukan subtitusi dengan pengembangan industri berbasis teknologi dan R&D.
"Misalkan di sektor sawit dan turunannya, kita sudah kuasai dari hulu dan hilirnya, tapi dari sisi capital goods-nya yakni barang modal masih impor dari luar. Ini tantangan juga untuk Fakultas Teknik agar bisa memperdalam industri permesinan di sektor agro," ucap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ketika menyampaikan Pidato Ilmiah dalam Rapat Terbuka Senat Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada (FT UGM) -- dalam rangka Hari Pendidikan Tinggi Teknik ke-77 secara virtual, di Yogyakarta, Jumat (17/2/2023)
Peran kampus dan bidang R&D kian menjadi strategis seiring dengan target Indonesa untuk masuk dalam jajaran 10 negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030 mendatang, yang itu meniscayakan adanya kerjasama pihak kampus dengan industri. Sebab dengan kerjasama tersebut, salah satu syarat untuk bisa mencapai target itu adalah kemandirian serta berdaulat pada bidang ekonomi. "Universitas juga diharapkan memanfaatkan ekosistem untuk melakukan riset yang fokus, dan tentu juga mendorong generasi muda untuk bisa menjadi technological entrepreneurship (technopreneur) agar mampu bersaing pada teknologi (yang mendasari) Making Indonesia 4.0. Secara spesifik, saya mengusulkan technopreneurship menjadi salah satu kunci yang bisa dikembangkan di kampus, termasuk di UGM, khususnya Fakultas Teknik," pungkas Menko Airlangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H