Di tengah kondisi global yang tidak menentu, arah ekonomi Indonesia sudah berada di jalur yang tepat. Pemulihan yang cepat berkat resiliensi dari dalam negeri menjadi penopang terhadap situasi global yang tidak normal. Itu semua ditandai dengan catatan pertumbuhan ekonomi impresif di angka 5,31% (ctc) dan melampaui target yang sebelumnnya ditetapkan yang sebesar 5,2% (ctc), sekaligus telah berada di situasi sebelum pandemi terjadi.
"Ini pencapaian ekstraordinary ditengah tekanan yang dialami secara global. Dengan angka yang 4 persen yang dicatat rata-rata dunia, maka yang diraih Indonesia ada di atas rata-rata semua negara."kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat diwawancara oleh salah satu televisi.
"Ini capaian yang tidak mudah dan tidak datang begitu saja, ini bisa terjadi berkat kebijakan gas dan rem yang diambil pemerintah selama tiga tahun terjadinya pandemi. Pembentukan KPC PEN serta anggaran untuk perlindungan sosial dan pemulihan ekonomi nasional. Semuanya adalah sequence.
Salah satu keputusan terpenting yang diambil Presiden Joko Widodo adalah untuk tidak melakukan lockdown selama pandemi Covid-19, sehingga hal demikian jadi pendorong ekonomi tetap bergerak dengan ekspor serta Neraca Perdagangan mampu tumbuh positif selama pandemi.
Purchasing Managers's Index (PMI) Manufaktur Indonesia juga berada di atas 50 dan berada di level ekspansif. Ini membuat industri tak harus kehilangan rantai pasok ditambah kenaikan harga komoditas saat dunia mulai kembali normal, membuat Indonesia jadi salah satu negara yang paling siap dengan situasi pelonggaran itu.
Saat ini ekonomi Indonesia didominasi pasar domestik yang sebesar 50-51 persen, dengan bantalan kuat ekonomi domestik yang dimiliki, pemerintah percaya diri untuk berhadapan dengan tantangan global yang masih berlangsung, seperti Rusia-Ukraina, isu perubahan cuaca, harga komoditas yang meninggi dan kenaikan inflasi global serta suku buka yang masih diatas rata-rata.
"Dengan bekal kekuatan domestik itu, kita punya kesempatan untuk mengambil ancang-ancang, utamanya untuk pasar ekspor yang masih 20 persen. Jadi resiliensi terhadap gonjang-ganjing global tetap ada. Itu antara lain dengan tetap menjaga daya beli masyarakat," tutup Menko Airlangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H