Lihat ke Halaman Asli

Anak Tansi

Seorang perantau yang datang ke ibu kota karena niat ingin melihat dunia lebih luas dari Jakarta

Airlangga Hartarto dan Surplus Neraca Perdagangan dalam Akselerasi Pemulihan Ekonomi

Diperbarui: 18 Juli 2022   17:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ekon.go.id

 Indonesia menjadi satu dari sedikit negara di dunia yang potensi krisisnya di bawah 3 persen di tengah kondisi global yang disebut oleh banyak pakar akan jatuh dalam situasi yang jauh lebih buruk. Ada sejumlah faktor dan fakta pendukung yang menguatkan informasi dari survei yang diliris oleh Bloomberg tersebut. Fakta yang secara langsung memberi Indonesia peluang untuk mampu menjaga stabilitas ekonomi sekaligus mempengaruhi langkah pemerintah dalam menerapkan strategi mengatasi dampak dari krisis global yang sedang terjadi.

Salah satu  pendukung terkuat dari kondisi tersebut adalah kenyataan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia yang kembali mencetak rekor baru dari 25 kali capaian positif yang telah diraih sebelumnya. Maka kinerja impresif tersebut adalah salah satu tulang punggung sekaligus  menjadi  modal penting untuk menghadapi situasi dunia yang suka atau tidak, tengah rentang dengan krisis multi sektor.  Dari sekian banyak negara mitra, kerja sama perdagangan yang memberi surplus terbesar bagi Indonesia ada bersama tiga negara berikut, mulai dari India (US$1,90 miliar), Amerika Serikat (US$1,69 miliar) dan Filipina (US$1,16 miliar).

Seperti dikatakan oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, neraca perdagangan untuk semester I tahun 2022 tercatat senilai 24,89 miliar dolar AS. Jumlah tersebut terhitung fantantis dan tertinggi sepanjang masa jika dibandingkan dengan periode semesteran secara kumulatif.
 
Kunci tercapainya nilai impresif tersebut tak lepas dari pembukaan kembali izin ekspor minyak kelapa sawit. Seperti pada bulan Juni dimana sawit menjadi penunjang utama surplus yang terjadi, dimana sektor ini menyumbang tidak kurang dari 45 persen angka total surplus.  Maka angka positif juga datang dari komoditas lain yang harga internasionalnya masih tinggi, seperti batubara yang ada pada level $284,9 per MT atau meningkat 152,28% yoy.

Seperti dijelaskannya lagi, kenaikan ekspor non migas tertinggi pada bulan juni yang melebihi bula sebelumnya datang dari produk lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15)  yang jumlahnya tidak kurang dari US$2.538,9 juta. Peningkatan itu terjadi tak lepas dari pembukaan  kembali keran ekspor komoditas ini.

Namun Indonesia tidak akan berfokus  hanya kepada pasar tradisional yang menjadi target ekspor dan menyumbang secara siginifikan kepada devisa negara. Menurut Airlangga Hartarto, Indonesia masih dan terus akan membuka pasar baru dalam bentuk dialog atau kerjasama internasional, secara bilateral maupun multilateral dalam upaya mempertahankan apa yang sudah diperoleh tersebut. Karena dari berbagai diskusi atau dialog tersebut  produk andalan Indonesia untuk dipasarkan di negara-negara potensial sangat bisa berkembang dan terus digali," ungkap Menko Airlangga.

Untuk itu, kerja sama internasional terus dibangun dan dikembangkan pemerintah dengan sejumlah negara mitra agar dampak positif yang selama ini diperoleh secara konsisten lewat surplus neraca perdagangan bisa dipertahankan. Selain itu strategi pemerintah yang terus mendorong peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi terutama bidang pengolahan yang menyumbang tidak kurang  dari 70,01 persen komoditas ekspor Indonesia juga masih terus dilakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline