Memasuki kuartal II tahun 2022 Ekononi Indonesia tetap berada di jalur yang tepat. Kondisi tersebut tak lepas dari serangkaian pengambilan kebijakan yang dibuat secara hati-hati, khususnya saat harus berhadapan dengan tantangan yang muncul akibat pandemi covid-19. Menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, positifnya data ekonomi nasional tersebut tak lepas dari strategi dan fokus kepada pemulihan ekonomi yang menjadi fondasi terhadap rangkaian keputusan yang telah dibuat.
Hasil positif dari konsistensi pengambilan kebijakan itu terus bertahan hingga akhir kuartal pertama ini. Semua ditandai dengan sinyal hijau dari seluruh sektor andalan maupun kestabilan yang diperlihat dalam kinerja fundamental ekonomi.
Bukti terakhir dari stabililtas dan performa positif ekonomi itu ada pada pelanjutan trend surplus untuk neraca perdagangan April 2022 yang nilainya tercatat sebesar 7,56 juta dolar AS. Ini sekaligus juga menjadi rekor baru, karena melampaui capaian pada Oktober 2021 lalu yang sebesar 5,74 juta dolar AS. Angka dan perbandingan tersebut secara langsung menjadi penjelas atas ketangguhan ekonomi Indonesia, karena neraca perdagangan adalah salah satu indikator utama dalam upaya peningkatan cadangan devisa, sekaligus untuk menjaga ketahanan sektor eksternal.
Pada bagian lain, catatan positif juga datang dari kinerja ekspor yang mencatatkan angka sebesar 27,32 juta dolar AS. Nilai yang dicapai itu juga mengungguli rekor tertinggi sebelumnya pada Maret 2022 yang mencapai 26,50 juta dolar AS. "Neraca perdagangan merupakan determinan yang sangat penting dalam mendorong percepatan pemulihan ekonomi dan menjaga ketahanan sektor eksternal Indonesia. Kita bersyukur bahwa salah satu engine utama pertumbuhan ekonomi ini terus mengalami performa gemilang dan bahkan kembali mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Capaian positif dari kinerja ekspor tersebut tak lepas dari tingginya harga komiditas unggulan seperti kelapa sawit atau CPO yang tercatat sebesar 1.682,7 dolar AS per metrik ton, yang itu setara dengan pertumbuhan 56,09 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Atau harga batubara yang tercatat sebesar 302 dolar AS per metrik ton (tumbuh 238,83 persen year on year). Belum lagi dengan dominasi sektor industri untuk ekspor yang mencapai 69,86% juga menjadi stimulus dalam peningkatan nilai surplus ekspor. Peningkatan terjadi karena kinerja ekspor telah mengarah pada hilirisasi komoditas yang memberi nilai tambah dan akan terus tumbuh.
Dengan keberhasilan program hilirisasi tersebut, ke depannya Pemerintah akan kian gencar dalam memaksimalkan berbagai potensi kebijakan lainnya seperti kerja sama bilateral dan multilateral dalam meningkatkan perdagangan, utamanya dalam peningkatan nilai ekspor Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H