Lihat ke Halaman Asli

Anak Tansi

Seorang perantau yang datang ke ibu kota karena niat ingin melihat dunia lebih luas dari Jakarta

Wacana DMO Sawit Menteri ESDM dan Komitmen Pengusaha Dukung Program B30

Diperbarui: 18 Juni 2019   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tirto.id

Uji coba (road test) B30 atau biodiesel sedang berlangsung. Pemerintah, khususnya Kementerian ESDM berkepentingan hasil uji coba sejumlah mobil yang menempuh jarak 50.000 Km tersebut dapat berhasil. Karena itu terkait dengan total kebutuhan BBM jenis solar nasional. Sebab, diasumsikan  pada tahun 2020 mendatang, kebutuhan bbm jenis ini akan meningkat drastic, seiring selesainya pembangunan tol trans Jawa yang secara otomatis akan meningkatkan tingkat konsumsi bahan bakar.

Peningkatan konsumsi BBM khususnya jenis solar tersebut tentu akan meningkatkan impor yang secara langsung akan berpengaruh kepada kepada neraca keuangan pemerintah.

Maka dengan keberhasilan uji coba biodiesel B30  (campuran 30 persen minyak kelapa kelapa sawit dengan solar) tersebut, dapat dihitung berapa penghematan yang bisa dilakukan pemerintah, karena dengan ketersediaan.

Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, pada tahun 2018 dan 2019, total konsumsi BBM Solar dalam negeri tercatat sebanyak 14,5 juta kilo liter atau 15, juta KL . Sementara untuk tahun 2020  kebutuhan BBM solar kemungkinan besar akan meningkat seiring selesainya sejumlah proyek jalan tol tanah air. Sementara impor BBM jenis solar diperkirakan akan naik mencapai 1 juta kilo liter pada tahun 2025 nanti.

Tidak hanya berkaitan dengan keuangan negara, Kementerian ESDM juga berkepentingan dengan ketersediaan bahan baku minyak kelapa sawit yang akan jadi bahan utama campuran biodiesel tersebut. Sebab, percuma jika proyek uji coba berjalan bagus dan kendaraan yang menggunakan BBM jenis ini tak mengalami masalah namun dalam pelaksanaannya, terkendala oleh ketersediaan kelapa sawit sebagai bahan baku.

Untuk itu dalam seremoni uji coba beberapa waktu lalu, Menteri ESDM Ignatius Jonan sudah langsung pasang kuda-kuda, memperingatkan tentang kepastian dan jaminan tersedianya bahan baku itu.

Dalam sambutanya, Jonan secara tegas meminta komitmen produsen dalam memastikan ketersediaan pasokan FAME (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) yang menjadi bahan baku minyak sawit untuk dicampur dalam 30 persen BBM solar.

Mantan direktur PT KAI  ini wajar khawatir hal tersebut, sebab total kebutuhan FAME yang harus disediakan untuk program B30 saat mulai dipasarkan tahun depan, kurang lebih sebanyak 4,5 juta kilo liter/tahun.  Jumlah tersebut seluruhnya akan diambil dari produsen atau perkebunan sawit tanah air.  

Persoalannya akan sedikit mudah jika harga sawit ekspor seperti yang terjadi saat ini masih berada di kisaran 450-500 dolar/ton,  produsen kemungkinan besar tak akan keberatan melepasanya di dalam negeri untuk  kebutuhan B30 itu. Namun, ceritanya bisa berbeda, jika dalam perjalanannya nanti harga  kelapa sawit Indonesia dihargai 600-700 dolar/ton atau lebih di luar negeri.

Jika dikalikan dengan  4,5 juta kilo liter FAME yang itu equivalen dengan 30 persen dari total konsumsi BBM tahun 2020 yang mencapai 15 juta kilo liter, maka berapa juta dolar pemasukan  yang harus berkurang?. Apakah pengusaha bersedia pundi-pundi mereka terpangkas  Karena program B30 ini?.

Maka kepada Aprobi  (Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia ) selaku stake holder yang menjadi penyedia FAME ini  Jonan meminta  komitmennya dalam memastikan ketersediaan pasokan.  Bagi Jonan, saat satu program bergulir, maka tak ada cerita untuk stop atau berhenti hanya gara-gara bahan baku hilang dari kebun.  Jangan sampai terjadi jika harga sawit di pasar internasioanl naik, maka stok dalam negeri jadi berkurang, ujar sang menteri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline