Lihat ke Halaman Asli

Masyarakat Digital Jogja (Masdjo) Siap Sebarkan Energi Positif di Dunia Digital

Diperbarui: 24 Maret 2017   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Instagram @pacarkecilku

Buat orang-orang di luar sana, mereka ini disebut dengan manusia online. Sebagian besar dari mereka bekerja di media sosial, entah itu twitter, facebook, IG dan banyak lagi. 

Tapi buat saya, mereka itu manusia offline. Jika kalian hidup di Yogyakarta dan datang ke setiap event, event apapun, wajah-wajah mereka sangat mudah ditemukan di manapun, di sudut-sudut Yogyakarta. Mereka hadir di hampir semua acara.

Kami saling kenal bertahun-tahun dan memang bekerja dari balik layar, terutama dari balik layar handphone.

Seiring waktu, kami yang biasa ngoceh di dunia maya, ikut turun menjejak bumi. Diskusi-diskusi ringan seputar kegelisahan warga Yogyakarta yang awalnya hanya obrolan sepintas di media sosial mulai kontinyu diadakan di dunia nyata, di warung kopi ataupun di angkringan.

Kami pun berusaha memperluas area diskusi, bukan hanya admin media sosial, kami juga menggandeng teman-teman Komunitas Blogger Jogja, Kompasiana dan Duta Damai yang memiliki satu frekuensi dengan kami.

Teman-teman yang punya potensi untuk menulis dan menciptakan persepsi publik lewat dunia maya, semua kami gandeng, kami rangkul. Kami membentuk sebuah paguyuban bernama Masdjo (Masyarakat Digital Jogja).

Dunia maya beberapa tahun terakhir menjadi area baru bagi orang-orang yang “hobby” berantem tentang Pilpres dan Pilkada. Akun-akun tidak jelas yang menggunakan bahasa provokatif membuat kericuhan di media sosial. Orang-orang mulai berkompetisi menyajikan data, yang tidak jelas sumbernya, dan memicu konflik di media sosial.

Perbedaan pendapat akhirnya menjadi kemarahan-kemarahan di media sosial, hal ini secara cepat merembet ke kehidupan nyata.

Teman yang satu bertengkar dengan teman yang lain di dunia maya kemudian tidak bertegur sapa sampai sekarang hanya karena perbedaan “selera” tentang calon presiden. Bahkan ada yang mulanya bertengkar di dunia maya, saling menantang duel, kemudian gebuk-gebukan di dunia nyata dan dengan bangga videonya viral di dunia maya.

Entah apa yang terjadi dengan masyarakat kita, pilpres sudah rampung, pilkada bukan di kotanya, tapi ikut-ikutan ribut di dunia maya. Media sosial kan bukan milik segelintir orang, bukan milik satu kota. Media sosial adalah milik kita semua.    

Kami ingin mengembalikan media sosial menjadi tempat yang asyik buat ngobrol bertukar pikiran, tempat yang asyik berbincang dan menyebarkan informasi dengan cepat. Karena toh, lewat media sosial, kita bisa memperpendek jarak yang begitu jauh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline