Lihat ke Halaman Asli

Paca

Universitas Pendidikan Indonesia

Interaksi Simbolik Budaya Populer pada Album Green Day 21st Century Breakdown

Diperbarui: 30 Mei 2023   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Postingan dari akun Instagram @greenday https://www.instagram.com/p/CnSRi2yPq8Q/?igshid=MmJiY2I4NDBkZg==

Musik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya populer, dan album musik adalah karya seni yang mencerminkan interaksi simbolik yang kompleks antara musisi, audiens, dan konteks sosial. Dalam era modern ini, album musik tidak hanya menjadi tempat untuk menyampaikan pesan musik, tetapi juga untuk menggambarkan cerita, gagasan, dan nilai-nilai dalam budaya. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi interaksi simbolik yang ada dalam album musik "21st Century Breakdown" karya band punk rock ternama, Green Day, menggunakan pendekatan semiotika.

Semiotika merupakan studi tentang simbol, tanda, dan makna yang terkandung di dalamnya. Dalam konteks album musik, pendekatan semiotika memungkinkan kita untuk melihat melampaui elemen musik itu sendiri dan menggali makna yang terkandung dalam elemen visual, lirik, dan konteks budaya yang mengitarinya. Pada awal bukunya, Menurut Saussure, sebuah langue adalah suatu fakta sosial, sebagaimana bahasa nasional. Langue adalah suatu sistem kode yang diketahui oleh seluruh anggota masyarakat pemakai bahasa tersebut. 

Seolah-olah kode tersebut telah disepakati dimasa lalu oleh pemakai bahasa. Adapun parole adalah penggunaan langue secara individual (Suciati, 2017). Langue merupakan sistem tanda yang bersifat abstrak, yang menjadi dasar dalam pengungkapan kongkret. Tanda bahasa yang tersimpan dalam otak akan berwujud petanda akan berwujud petanda dan penanda (signifier and signified) (Ria, 2020) Dengan menggunakan kerangka analisis semiotika, kita dapat mengeksplorasi bagaimana signifier dan signified dalam album "21st Century Breakdown" Green Day berinteraksi untuk membentuk makna yang kompleks.

Green Day merupakan band punk rock yang dikenal karena lirik-lirik politis dan sosial mereka. Album "21st Century Breakdown", yang dirilis pada tahun 2009, mengisahkan kisah fiksi politik tentang karakter Christian dan Gloria yang berjuang dalam era modern yang kompleks dan bergejolak. 

Dalam album ini, Green Day menggunakan kombinasi musik, lirik, dan desain visual dalam sampul album untuk menyampaikan pesan-pesan mereka tentang alienasi, perang, politik, dan kehidupan di abad ke-21. album "21st Century Breakdown" Green Day dapat dikaitkan dengan teori semiotik Ferdinand de Saussure. Ferdinand de Saussure adalah seorang ahli bahasa dan semiotik yang mempelajari tanda-tanda dan struktur bahasa. Teorinya mengenai signifikansi dan signifikat dalam bahasa dapat diterapkan untuk memahami interaksi simbolik dalam album tersebut.

Signifikansi dan Signifikat: Dalam teori Saussure, tanda terdiri dari dua komponen, yaitu signifikansi (signifier) dan signifikat (signified). Dalam konteks album "21st Century Breakdown", sampul album, lirik, dan musik berfungsi sebagai signifikansi yang terdiri dari elemen visual, kata-kata, dan bunyi. Signifikatnya adalah makna yang dihubungkan dengan tanda-tanda tersebut, seperti pesan politik, sosial, dan budaya yang ingin disampaikan Green Day. Hubungan antara signifikansi dan signifikat bersifat arbitrer atau sewenang-wenang. 

Dalam album ini, simbol-simbol dan tanda-tanda yang digunakan Green Day untuk menyampaikan pesan-pesan mereka dipilih secara sengaja dan berdasarkan konvensi budaya. Contohnya, pemilihan gambar, warna, dan kata-kata dalam sampul album, serta penggunaan metafora dalam lirik lagu, semuanya merupakan keputusan kreatif yang bergantung pada konvensi dan interpretasi budaya. Dalam album ini, makna simbol-simbol dan tanda-tanda tidak dapat dipahami secara terisolasi, tetapi dalam konteks keseluruhan album dan konteks budaya di mana Green Day beroperasi. 

Misalnya, simbol-simbol politik dan sosial dalam lirik lagu dan desain sampul album akan memiliki makna yang lebih dalam ketika dilihat dalam konteks perang, politik global, dan perubahan sosial pada saat itu. Green Day dalam lagu "21st Century Breakdown" mengangkat era pemerintahan konservatif Nixon yang penuh dengan tantangan. Dari awal album ini dimulai menggambarkan situasi yang sulit bagi mereka yang hidup di Amerika Serikat, terutama bagi kelompok menengah ke bawah yang masih bergantung pada bantuan pemerintah. 

Melalui analisis semiotika, kita dapat melihat bagaimana simbol-simbol dalam sampul album, lirik, musik, dan konteks budaya berinteraksi untuk membentuk makna yang kompleks. Karya seni seperti ini memperkaya pemahaman kita tentang peran musik dalam menyampaikan pesan politis, sosial, dan budaya kepada audiens. Dengan demikian, pendekatan semiotika memberikan wawasan yang dalam tentang bagaimana musik dan budaya populer saling berinteraksi dan berdampak pada dunia di sekitar kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline