Lihat ke Halaman Asli

Memilih Jokowi, Bukan Cuma Kesehajaan

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya tidak akan berdiri side by side dgn orang yang di tuduh dan melakukan pelanggaran berat pada kemanusiaan dan di pecat oleh negara dengan tidak hormat, ini sama seperti saya tdk akan berdiri di samping nasarudin, angelina sondakh dan Nunun Nurbaitin, gayus tambunan mendukung calon yang mereka Jagokan. Saat ini bagiku, terhadap tokoh tersebut adalah Kembalikan wiji Tukul dan sahabat2 saya lainnya yang di culik hingga hari ini hilang dan jasad dan nyawanya ...dan juga begitu banyaknya wanita2 keturunan yang di perkosa thn 1998....itu yang pertama.

Yang lainnya adalah, saya bukan pendukung Foke, saya mendukung orang yang pantas dan punya program yg rasional, bukan secara emosional ataupun bukan karena di besarkan oleh kompanye media, namun melihat kemampuan sebelumnya solo dengan jakarta akan sangat berbeda. Pengalaman sejarah kini, banyak anak bangsa dari dulu berulang ulang terhipnotis oleh figur dan kemudian mengalamin kekecewaan yang sangat.

Saya mengerti begitu luar biasa hausnya masyarakat akan sosok baru, sama seperti ketika dulu lahirnya pemimpin spt Mega dan SBY  yang awalnya di iringi dengan sejuta pujian yg tidak rasional, walaupun saat itu kelompok2 rasional sudah menyampailkan pesan, namun badai eforia dan emosionalnya rakyat tak bisa di bendung sama seperti melihat dan memilih kontes idol idolan  bukan karena kemampuanya menyanyi tapi karena ketampanan dan kecantikan serta sisi  Cindrella Cyndromenya

Saya hanya mau sampaikan bahwa  kesahajaan saja tidak cukup, kompanye media serta  sukses   membangun kota Solo yang hanya sebesar Depok tidak cukup pula, ada banyak hal, ini bukan soal kemanangan Pilkada DKI namun ada yang lebih daripada itu, adalah mengembalikan rasionalitas serta  mengembalikan etika dan Integritas yang pada tempat yang tepat, ketika seorang Jokowi  dua tahun lalu bersumpah  menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya sbg Walikota Solo yang kita liat  kemudian adalah  meninggalkan Gelanggang hanya karena tergiur oleh porsi yang lebih besar, dan kemudian menyatu dengan orang yang 14 tahun lalu di pecat secara tidak terhormat dari anggota TNI dengan pangkat jendral sebagai pertanggung jawaban terhadap pelanggaran HAM berat atas masyarakat yang kritis meawan kediktatoran serta para  aktifi Mahasiswa yang di hilangkan  dan aksi pelecehan pemerkosaan terhadap wanita etnis tertentu. bangsa ini harus  konsukeun, pemilihan pemimpin harus di tempatkan pada rasional berpikir yang tepat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline