PASKAH: MOMENT KEBANGKITAN KEINTIMAN DALAM JARAK RAGA, YESUS DAN MAGDALENA, KITA DAN PASKAH DALAM COVID 19.
Tulisan ini merupakan permenungan pribadi atas realitas dunia, terutama dengan menyimak pengalaman paskah di rumah saja, mengikuti misa online dan tentu rasanya sangat berbeda. Rasa berbeda ini melahirkan sebuah nilai baru dalam pencarian akan makna perayaan paskah 2020 yang barangkali hanya akan dirasakan sekali ini saja (semoga demikian). Saya terinspirasi dari Sabda Allah yang diwartakan pada perayaan paskah tahun 2020 ini, terutama berkaca pada dua sosok dalam momen kebangkitan yakni Tuhan Yesus dan Maria Magdalena. Dari Maria Magdalena, saya mencoba menilik makna paskah di rumah saja, dengan menjaga jarak raga dalam kewaspadaan.
KEINTIMAN SEBAGAI ENERGI DALAM LENSA KEBANGKITAN
Manusia dalam hidupnya selalu mengalami suatu realitas tidak hanya berupa realitas sederhana melainkan juga realitas yang kompleks. Bahkan manusia itu sendiri merupakan satu realitas komploeks.
Untuk menanggapi secara sungguh-sungguh suatu hal, kita tidak hanya mengandalkan mimpi. Mimpi adalah sebuah moment sekaligus langkah awal untuk sebuah usaha. Terhadap realitas hidup yang berada pada tingkatan yang sederhana dan kompleks itu, manusia membutuhkan sebuah usaha serius dan mendalam. Kedalaman ini terwujud dalam suatu rangkaian peristiwa yang mestinya dialami dengan keintiman yang penuh.
Situasi dunia saat ini, sebagaimana kita alami sendiri, menampilkan satu realitas tak terelakkan dari pemahaman akan makna terdalam dari intimitas. Kita seakan terpenjara dalam ruang gerak terbatas. Kita sendiri harus berani dan mampu menciptakan satu kondisi dimana semua orang tidak melenyapkan keintimannya dengan sesama melalui relasi yang konstan dan kontinua.
Pandemi global dengan sebuah anjuran bermakna imperatif: jaga jarak, menyemburkan kepulan asap sekaligus asa untuk mempertahankan keintiman dalam jarak yang terbatas.
Keintiman memang hal yang sangat dirindukan oleh setiap insan. Bahkan, dapat menjadikan seseorang lebih bergairah dalam kehidupannya. Banyak hal dapat ditembusi oleh keintiman. Satu hubungan jarak jauh tidak mungkin dapat bertahan tanpa adanya sebuah pengalaman keintiman yang riil. Keintiman hanya dapat dirasakan dalam kebersamaan, entah itu dalam kehadiran secara fisik atau boleh jadi juga dalam kehadiran non fisik.
Namun, intimitas sesungguhnya lebih dari sekadar sebuah kehadiran atau pertemuan antar individu atau dengan saling berkabar. Intimitas sesungguhnya lebih kepada daya efek dari setiap perjumpaan.
Makna kehadiran diperluas oleh intimitas, sehingga menciptakan kehadiran dalam kerinduan yang mengajak orang untuk dihadirkan dalam memorinya setiap orang yang dirindukan. Intimitaslah yang membuat adanya energi bagi pengalaman operasional yang menghadirkan seseorang dalam memori kita.