Lihat ke Halaman Asli

Menelusuri Makna Tri Hita Karana: Pengalaman Belajar Selama Satu Semester

Diperbarui: 25 Juni 2024   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Om Swastyastu

Saya I Gusti Ayu Diantari, mahasiswa aktif semester 2 yang sedang menempuh S1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Pendidikan Ganesha. Dalam Artikel ini menggambarkan pengalaman serta pemahaman saya setelah menjalani satu semester dalam Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) Tri Hita Karana (THK) di Rombel 32, yang diampu oleh Bapak I Wayan Putra Yasa S.Pd., M.Pd.

"Menelusuri Makna Tri Hita Karana: Pengalaman Belajar Selama Satu Semester"

Pengalaman dalam satu semester Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) Tri Hita Karana (THK) telah membawa saya dalam perjalanan mendalam untuk memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep yang bernilai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kurikulum yang dipandu oleh Bapak I Wayan Putra Yasa S.Pd., M.Pd., saya tidak hanya diajarkan teori-teori dasar, tetapi juga diundang untuk menjelajahi makna filosofis dari Tri Hita Karana dan relevansinya dalam konteks sosial dan lingkungan.

Seperti yang kita ketahui Tri Hita Karana merupakan sebuah konsep yang berasal dari filosofi Hindu Bali, mendasarkan dirinya pada harmoni tiga elemen utama: hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan hubungan manusia dengan alam dan lingkungan sekitar. Sejak awal semester, kami diberdayakan untuk menggali bagaimana konsep ini dapat diterjemahkan dalam kehidupan praktis, tidak hanya sebagai mahasiswa tetapi juga sebagai individu yang aktif dalam komunitas. Kami diajak untuk mempertimbangkan nilai-nilai seperti keadilan sosial, tanggung jawab terhadap lingkungan, dan penguatan spiritualitas dalam setiap aspek kehidupan kita. Melalui diskusi yang beragam dan interaksi antar sesama mahasiswa, saya semakin memahami betapa pentingnya kolaborasi dan empati dalam membangun masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan.

Selama perjalanan ini, saya menyadari bahwa belajar tentang Tri Hita Karana bukan hanya tentang memahami teori, tetapi lebih tentang mengadaptasi nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari. Setiap pengalaman dan refleksi telah membantu saya untuk tumbuh sebagai individu yang lebih sadar akan lingkungan, lebih berempati terhadap sesama, dan lebih bertanggung jawab dalam tindakan saya.

Pada akhir semester, saya merasa diberkati telah memiliki kesempatan untuk menjalani pengalaman ini. Saya melihat diri saya tidak hanya sebagai seorang mahasiswa yang belajar untuk mencapai prestasi akademis, tetapi juga sebagai bagian dari sebuah komunitas yang berkomitmen untuk menjaga keharmonisan dan keseimbangan dalam segala hal yang kita lakukan.

Melalui artikel ini, saya berbagi refleksi pribadi saya tentang perjalanan belajar saya dalam menelusuri makna Tri Hita Karana selama satu semester. Saya berharap cerita ini dapat menginspirasi pembaca untuk lebih mendalami dan mengaplikasikan nilai-nilai filosofis yang mendasari kehidupan kita sehari-hari, demi menciptakan dunia yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline