Aku mencintai diam, karena diammu memesona. Senyum yang kau hadirkan mengajakku untuk bermain tebak-tebakan.
Entah kau sedang rindu, atau kau diam-diam ingin mengajakku bertemu.
Entah kau sedang kesepian, lalu kau diam-diam ingin mengajakku jalan-jalan.
Entah kau sedang... entahlah. Karena kau hanya diam.
Bagaimana denganku?
Aku berujar:
Di sebalik singsing fajar yang sejuk aku mendoakanmu. Aku berkabar kepada embun pagi bahwa hari ini akan segera cerah. Secerah kedatanganmu.
Sembari menatap lembayung senja aku melihat wajahmu. Terukir indah bersama awan, lalu dilewati kalong-kalong yang pulang ke sarang.
Senja pula tidak bersuara, tapi orang banyak yang suka. Sama seperti diammu sebagaimana aku cinta.
Jadi, dalam diammu, apakah kau mencintaiku?