Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Ini Alasan Mengapa Bertanam Cabai Keriting Lokal Lebih Oke untuk Bisnis Sampingan

Diperbarui: 7 Desember 2022   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Cabai Keriting Loka | Dok. Ozy V. Alandika

"Lho, lho, lho... Bukannya lebih mendingan bertanam cabai hibrida? Jelas-jelas buah cabainya besar-besar, produktivitasnya tinggi, dan panenannya menggunung?"

Benar, sih. Kisah tersebut bakal jadi kenyataan ketika cabai hibrida yang kita tanam benar-benar dirawat. Tidak cukup dirawat dengan hati, melainkan juga perlu seirama dengan modal.

Jadi, jikalau dirimu bertanam cabai hibrida dengan sistem PPKM [Pernah Perhatian Kemudian Menghilang], maka bukan hanya hatimu yang menangis. Dompet juga bakal mengernyit karena isinya ludes.

Hemm.

Berarti, mendingan kita bertanam cabai lokal, dong?

Ehem. Tidak secepat itu pula kita merengkuh kesimpulan. Cabai hibrida itu diberi label F1 lho, yang dalam ilmu genetika dikenal sebagai keturunan pertama.

F1 ialah kependekan dari Filius 1 yang artinya benih generasi pertama dari hasil persilangan. Kebanyakan produsennya adalah perusahaan besar. Namanya juga bibit unggul, kan. Disetel se-oke mungkin agar bisa menghasilkan cabai yang sesuai dengan kebutuhan pasar.

Maka dari itulah, dirimu tak perlu heran bin kaget jika melihat ada cabai yang ukurannya besar-besar, tapi tidak pedas. Setelan benihnya memang seperti itu.

Para petani juga banyak yang hasil panen cabai keriting hibridanya melimpah, termasuk salah seorang sahabatku yang sudah lulus sarjana pertanian syahdan memilih fokus untuk bertani dengan dukungan pupuk racikan sendiri.

Aku juga pernah bertanam cabai hibrida dengan fasilitas bedengan mulsa, kira-kira di era 2014-san. Apakah sukses? Tidak. Kami gagal waktu itu, dan ruginya pula cukup besar. Soalnya, kegiatan bertani cabai hibrida waktu itu hanya kami jadikan usaha sampingan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline