Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Puisi: Selaksa Rindu

Diperbarui: 5 Juni 2021   19:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar oleh silviarita dari Pixabay 

Sudah sejak lama ini, aku menyimpan lazuardi di permadani renjana. Aku tak kuat, tak kuasa jika berkaca sendiri dan membayangkanmu sedang merona. 

Temaram rasanya. Masa iya, aku harus mendekap seorang diri di singgahsana.

Sewindu lebih setengah, kira-kira sudah selama itu mengedip lara. Takkan kuakui, sungguh. Bukannya kumuak tapi kubosan bersinar putih sendiri. 

Di hati, aku punya lazuardi. Masa iya, harus kukebat dengan lara.

Apa nanti kata surya saat kuberpaling
Apa pula nanti kata bulan jika setiap malam kuharus tidur cepat

Jika kau akan tiba lebih cepat sebelum aku sampai di depan halaman dasawarsa. Kuberi tahu, aku menunggu di pelabuhan senja.

Di seberangnya ada ember yang berisikan pasir-pasir asmara, sengaja kutampung untuk kita bermain di pondok tua. Kupegang pasir, kau pegang batu. Pasir dan batu menyatu, dan kupegang tanganmu.

Aku menantikan itu. Sudah, jangan terlalu lama. Nanti senja hilang. Aku tak kuat menyimpannya lama-lama. Ini selaksa rindu.

*pernah tayang di gurupenyemangat.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline