Beda kepala, beda pula cara diri dalam menjemput rezeki. Ada yang rela bekerja shift pagi-siang-sore-malam demi sesuap nasi, ada yang sudah menyapu jalanan sesaat setelah Subuh, ada yang keluar rumah demi menjajakan barang dagangan sejak jam 3 dini hari, dan lain sebagainya.
Keren!
Kita patut ucapkan keren karena di sebalik perjuangan para penjemput rezeki ada impian yang begitu didamba. Sebut saja seperti kebahagiaan anak dalam menempuh pendidikan, cita-cita beli rumah dan kendaraan, hingga ikhtiar untuk segera menunaikan ibadah haji ke tanah suci.
O ya, jangan lupakan satu impian lagi. Ikhtiar untuk menikah!
Meski begitu, tanpa kita sadari terkadang rezeki bakal datang sendiri walau tidak dijemput. Sebagaimana yang sering disampaikan oleh alim ulama, bahwa seseorang belum akan meninggal selama rezekinya belum tercukupi.
Semalam, setelah pulang dari Bengkulu, aku sempat mampir ke rumah makan padang di Kepahiang. Ketika aku singgah dan mau pesan nasi padang, ternyata pemilik warung sedang tidur siang. Sampai 3 kali kupanggil, eh, dianya enggak bangun-bangun.
Ya sudah, karena lapar, maka aku ambil sendiri nasi dan lauk.
Uniknya, bersamaan dengan hal tersebut, mulai berdatanganlah beberapa orang supir truk dan mobil sayur yang juga ingin makan.
Aku katakan kepada mereka, pemilik warung makan sedang tidur siang. Mereka coba bangunkan:
Uni.....