Benar begitu. Pada awal-awal masa jabatannya, program digitalisasi pendidikan begitu akrab dengan Mas Nadiem yang sekarang sedang menahkodai kapal besar Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Sejak saat itu pula banyak pihak mulai melirik kesenjangan pendidikan pusat dan daerah, termasuk saya sendiri.
Bagaimana tidak, isu awal yang berkembang bahwa Mas Menteri bakal mendesain kereta belajar layaknya start up seakan mengajak para pelaku pendidikan untuk bergerak lebih gesit. Soalnya, pendidikan di negeri ini benar-benar butuh dengan yang namanya transformasi dan akselerasi.
Tapi kemarin, saya secara tidak sengaja menemukan artikel menarik yang berisi kritik terhadap Mas Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim. Inti dari kritik tersebut, pengamat mempertanyakan keseriusan Mas Menteri dalam mewujudkan program unggulan digitalisasi pendidikan.
Pengamat pendidikan tersebut ialah Indra Charismiadji.
Sebagai pengamat sekaligus praktisi pendidikan, Indra bertutur pandang bahwa program digitalisasi yang telah digaungkan sebagai program unggulan Kemendikbud ~sekarang Kemendikbudristek~ bertolak belakang dengan kebijakan yang ada hari ini.
"Buktinya udah tiga kali ngeluarin SKB (Surat Keputusan Bersama) 4 menteri isinya supaya (belajar) tatap muka, kan. Dan di setiap penjabaran dikatakan pembelajaran tanpa tatap muka itu menghasilkan learning loss. Itu, berdampak buruk. Berarti sama aja dia mengatakan digitalisasi itu enggak bagus. Kan sama aja gitu kan?", terang Indra (3/5/2021)
Memang tidak terpungkiri bahwa surat edaran perdana yang telah rilis pada tanggal 17 Maret 2020 lalu berisikan pedoman tindakan pencegahan COvid-19 yang salah satunya adalah pembelajaran jarak jauh.
Hanya saja, gegara ketidaksiapan fasilitas pendukung PJJ, keterbatasan akses sinyal, hingga pertimbangan kesehatan mental anak-anak, akhirnya dikeluarkanlah SKB 4 menteri.
Bahkan, SKB ini mengalami tiga kali revisi hingga akhirnya pemda setempat diberikan kewenangan untuk membuka sekolah.
Alhasil, kesan yang tertinggal di benak kita tidak lain ialah, Mas Nadiem ingin buru-buru menggelar pembelajaran tatap muka. Seingat saja, pada awal tahun ajaran semester genap Januari 2021 kemarin pihak Kementerian sudah merilis panduan pembelajaran tatap muka.