Ada berapa banyak kesulitan hidup yang sedang menerpa dirimu hari ini? Barangkali, lumayan banyak, ya. Hari demi hari berlalu, terkadang masalah demi masalah terus saja bersinggah. Sedihnya lagi, satu masalah saja sulitnya minta ampun. Ruwet mencari jalan penyelesai.
Contohnya saja seperti kehadiran pandemi. Gegara wabah jahat ini, dompet kita diguncang krisis hingga bertamulah yang namanya sarang laba-laba. Itu baru dompet loh, belum dengan sektor lainnya seperti pendidikan, wisata, hingga resepsi pernikahan.
Gegara satu wabah dengan ukuran yang tak tampak di kedua bola mata, segenap insan jadi kocar-kacir mencari jalan keluar. Memang, kalau ditilik dan diulik lagi, faktor krisis ekonomi sangat rawan mengguncang diri dan dianggap sebagai masalah yang begitu sulit.
Sebagai contoh kasus, pada awal tahun 2021 ini Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang merilis data bahwa ada sebanyak 20.919 orang meninggal karena bunuh diri pada tahun 2020. Angka ini naik 3,7% dari tahun sebelumnya (3.460 kasus).
Secara spesifik, kita mengakui bahwa agak sulit menebak faktor alias sebab bunuh diri. Meski begitu, Michiko Ueda selaku profesor ilmu politik di Universitas Waseda di Tokyo menegaskan bahwa virus corona adalah faktor utama.
Sejatinya kita cukup sedih, bukan? Tapi, lagi-lagi kita tidak bisa menolak fakta bahwa apa yang terjadi itu merupakan ciri manusia yang jiwanya kosong dari tuntunan agama.
Sejujurnya, sikap berputus asa dalam menghadapi kesulitan tersebut bertentangan dengan perilaku optimis sebagaimana yang tertuang dalam QS Al-Insyirah ayat 5-6.
"Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan (5). Bersama kesulitan itu ada kemudahan (6)."
Bersandar pada asbabun nuzul QS Surah Alam Nasrah, diterangkan oleh Imam Suyuthi bahwa ayat ke-1 sampai dengan ayat ke-8 dari surat al-Insyirah diturunkan ketika orang-orang musyrik menghina dan memperolokkan kekafiran dan kemiskinan kaum muslimin.
Atas kejadian yang begitu memberatkan tersebut, surat ini diturunkan sebagai tasliyah (penghibur hati) bagi Rasulullah SAW, dan segenap pengikutnya.
Begitu terang dan berat kesulitan yang dialami Baginda rasul hingga Allah sebut kata sulit dalam Al-Qur'an dengan diksi usr. Tapi, di sebalik kesulitan tersebut telah Allah lapangkan hati Muhammad, Allah tinggikan Muhammad, juga Allah berikan segenap kemudahan.