Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Jangan "Asbun" Ngomongin Jilbab! (Bagian 2: Tamat)

Diperbarui: 28 Januari 2021   05:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebaya Murtad vs Abu Janda. Foto diolah dari beautynesia.id dan Kompas.com/Nursita Sari

Pada awal tulisan ini, izinkan saya menghadirkan pernyataan "asbun" dari seorang pegiat media sosial Abu Janda

"Islam memang agama pendatang dari Arab, agama asli Indonesia itu sunda wiwitan, kaharingan dan lain-lain. dan memang arogan, mengharamkan tradisi asli, ritual orang dibubarkan, pake kebaya murtad, wayang kulit diharamkan. kalau tidak mau disebut arogan, jangan injak-injak kearifan lokal," ujar Abu Janda dalam aku Twitternya, @permadiaktivis1, Senin (25/1/2021)

Benar-benar pernyataan yang bernada "kerusuhan" ini, bahkan tak bisa disanggah lagi. Di tengah kasus intoleransi yang meninggikan diksi "Jilbab", Abu Janda malah memanas-manaskan situasi dengan mengecam agama Islam menggunakan "dalil" kebaya murtad gara-gara melanggar aurat.

Di sisi yang sama, cuitan twitter berbau rasis juga dia hadirkan kepada Natalius Pigai. Tapi, sesuai judul tulisan ini, saya tidak akan mengulik lebih jauh terkait cuitan kedua. Saya akan lebih berfokus kepada pernyataan "asbun" Abu Janda yang bertutur bahwa Islam itu arogan.

Sekali lagi, pernyataan ini sungguh tak berdasar. Sejak kapan ada agama yang arogan, sedangkan dari segunung definisi, gagasan yang dapat kita petik tentang agama adalah sama, yaitu "damai". 

Tidak ada agama yang arogan, tapi kalau orang beragama yang arogan, itu banyak. Meski begitu, bukan salah agamanya, tapi salah orangnya. Tidak bisa kita menilai agama dari perilaku orangnya. Seharusnya, agama itu dinilai dari kitabnya sebagai pedoman utamanya.

Kalau dia agama Islam? Lihat Al-Qur'an, kemudian lihat Sunnah. Kalau belum cukup? Lihat pula Ijma', Qiyas, Ijtihad, Istihsan, Urf, Istishab, hingga Maslahat Mursalah. Juga, masih ada yang lain dan dari sanalah sumber hukum Islam.

Seperti halnya tradisi wayang, sejak kapan diharamkan? Kalaulah orang main wayang kulit sembari minum tuak, itu baru haram. Tradisi ini sudah lunas dikaji dari sisi Urf. Kemudian kebaya, sejak kapan orang pakai kebaya bisa murtad? Aduhai, level "asbun" tingkat tinggi ini.

Sekarang, karena kebaya yang "dirusuhkan" oleh Abu Janda berkaitan dengan aurat, maka bahasannya cukup dengan dengan jilbab.

Terang saja, jilbab seperti yang sudah saya bahas pada artikel Jangan "Asbun" Ngomongin Jilbab! (Bagian 1) merupakan perintah kewajiban untuk dikenakan oleh tiap-tiap perempuan muslim.

Jilbab bukan merupakan produk kearifan lokal Arab sebagaimana kebaya yang dimaksud oleh Abu Janda.

Artinya, jika ada seorang perempuan muslim yang mengenakan kebaya sekaligus berjilbab, maka tidak benar bila ada orang yang menganggap bahwa perempuan tadi mencampurkan kearifan budaya lokal dengan kearifan budaya Arab.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline