Kurikulum darurat? Ah, sepertinya gaungan kurikulum yang diracik khusus untuk kondisi pandemi ini kurang garang. Padahal tawaran implementasinya di sekolah-sekolah cukup menarik dan solutif. Tapi...
Kebanyakan persoalan yang dibahas hari ini adalah tentang kuota internet, sinyal, kebosanan belajar di rumah, hingga tugas siswa. Oh ya. Satu lagi, Kontroversi UU Cipta Kerja!
Meski begitu adanya, kali ini saya tidak akan mengulik lebih jauh tentang pendistribusian kuota maupun fasilitas pendidikan. Apalagi UU Cipta kerja! Dalam tulisan ini, kita akan PDKT lebih jauh dengan Kurikulum Darurat serta bagaimana kiat untuk memaksimalkan perannya di sekolah.
Memangnya peran Kurikulum yang pedomannya tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 719/P/2020 ini belum maksimal? Tentu saja. Bahkan, bisa jadi ada segelintir guru dan sekolah yang tidak terlalu "ingin tahu" dengannya.
Hal ini disinyalir merupakan imbas dari kurang "gregetnya" sosialisasi Kurikulum Darurat yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Daerah. Selain itu, "dalil" penggunaan kurikulum yang hukumnya tidak wajib juga ikut memengaruhi selera tiap-tiap pelaku pendidikan di sekolah.
Dalam keputusan Mendikbud yang telah rilis pada awal bulan Agustus 2020 lalu, diterangkan pertanyaan bahwa Kurikulum Darurat dengan kesederhanaan Kompetensinya hanyalah kurikulum alternatif. Guru bebas memilih "gaya" apa yang rela mereka pakai untuk mengajar di era PJJ.
Padahal, ketika kita bersandar dengan situasi krisis dalam suasana pandemi, kehadiran Kurikulum Darurat saya kira sangat penting bin krusial untuk menolong jalannya aktivitas pembelajaran di sekolah.
Terang saja, dalam suasana pandemi, pedoman pembelajaran yang tertuang dalam seperangkat mata pelajaran perlu direnovasi sekaligus disederhanakan.
Bagaimana caranya agar "generasi tahun Covid-19" kualitasnya tidak melenceng jauh dari cita-cita pendidikan nasional, itu juga menjadi salah satu tanggung jawab kurikulum.
Sebagaimana kita ketahui, kurikulum adalah seperangkat pedoman untuk memudahkan pencapaian tujuan pendidikan. Ketika peran kurikulum itu tak maksimal dari segi desain dan implementasi, ketika itu pula pencapaian tujuan pendidikan kita akan terhambat.
Peran Kurikulum Darurat di Era Pandemi Sama Pentingnya dengan Peran Bendera Esensial
Kalau saya boleh sedikit berpandang, rasanya peran Kurikulum Darurat di tengah pandemi sama pentingnya dengan peran Bendera Esensial dalam pertandingan sepak bola.