Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Kendaraan Pendidikan Itu Bernama "Teknologi"

Diperbarui: 22 Juni 2020   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar diolah dari edlab.tc.columbia.edu 

Jika kita disuguhkan dengan pertanyaan tentang kendaraan apa yang bisa mengantarkan pendidikan ke arah kecerdasan bangsa, maka salah satu jawaban utamanya adalah teknologi.

Terang saja, di era Merdeka Belajar tiap-tiap sekolah ingin memacu anak-anak didiknya untuk senantiasa berkemajuan. Yang kemarin merasa duduk di belakang, ingin segera mengejar ketertinggalan. Dan yang kemarin sudah berada di depan, ingin terus maju dan membanggakan.

Tuntutan akan kemajuan ini mau tidak mau harus terus digenjot seiring dengan begitu dekatnya kita menuju digitalisasi pendidikan. Jika anak didik mampu beradaptasi cepat dengan tuntunan pendidikan ke depan, maka prestasi nilai PISA negeri ini akan terdongkrak naik.

Sungguh bahaya kalau studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, hingga sains anak didik di negeri ini nilainya tidak naik. Berarti kualitas pendidikan Bumi Pertiwi makin tertinggal dari negara-negara tetangga. Padahal? Kita kaya dengan sumber daya.

Dengan cara apalagi kita harus mengejar ketertinggalan ini kalau tidak menyertakan kehadiran teknologi pendidikan sebagai kendaraan alias akselerasi. Mau coba berlari atau jalan kaki dengan cara menerapkan pembelajaran gaya konvensional? Hemm, lambat!

Buktinya? Boleh dihitung sendiri sudah berapa kali Pak Jokowi mengusulkan kepada Mendikbud untuk ganti kurikulum, rombak kurikulum, hingga edit kurikulum agar mampu beradaptasi dengan perubahan.

Bahkan pada saat rapat terbatas yang membahas peta jalan pendidikan tahun 2020-2035 di awal Juni kemarin Pak Jokowi tidak segan-segan mengajak negeri ini mencontoh sistem pendidikan dari beberapa negara hebat.

"Untuk itu saya minta dilakukan benchmarking pada negara-negara yang berhasil adaptasi sistem pendidikan untuk menghadapi perubahan kebutuhan di masa depan. Seperti di Australia untuk pendidikan anak usia dini, Finlandia pendidikan dasar dan menengah, di Jerman untuk pendidikan vokasi, di Korea untuk perguruan tinggi," ungkap Jokowi pada Kamis (04/06/2020).

Lalu, apakah ungkapan Pak Presiden ini direspon secara gerak cepat oleh pemangku kebijakan pendidikan terkait?

Entahlah, pandemi hari ini begitu memusingkan penduduk negeri. Jangankan soal masa depan pendidikan, kurikulum darurat di era New Normal pun masih berada dalam bayang-bayang. Beruntungnya tahun ajaran baru belum dimulai. Jadi masih ada waktu untuk berbenah.

Dan beruntungnya lagi, kita masih punya segunung kendaraan pendidikan yang bernama teknologi. Pandemi mengajarkan banyak hal tentang aplikasi digital pendidikan kepada guru, siswa, hingga orang tua. Dari sini, lahirlah adaptasi baru yang berupa pembelajaran daring.

Dari hasil adaptasi di beberapa bulan belakangan ini, mungkin para ahli berpendapat bahwa hasil pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi pendidikan ternilai tidak efektif. Tapi, tak mengapalah. Jangan pula hanya gara-gara itu akhirnya guru dicap aneh-aneh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline