Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Bagi Guru Sekolah Pelosok, Nikmat Mengajar di Ruang Kelas Itu Belum Tergantikan

Diperbarui: 17 Juni 2020   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak di kampung Bara-baraya, Dusun Tenete Bulu, Desa Bonto Manurung, Kec. Tompo Bulu, Kab. Maros, Sulawesi Selatan. (KOMPAS.com/Hendra Cipto

Sudah bukan rahasia lagi bahwasannya guru-guru di bumi Indonesia punya kerinduan yang besar untuk kembali bersekolah dan bertatap muka dengan murid-murid mereka secara langsung.

Terlebih lagi jika guru-guru itu sama seperti saya, yaitu guru yang mengajar di daerah pelosok. Meskipun bangku-bangku ruang kelas tidak terisi penuh karena muridnya cuma sedikit, tetap tidak mengurangi nikmat menggelar pembelajaran secara langsung di ruang kelas.

Mungkin belakangan ini nikmat duduk di ruang kelas itu diambil oleh berbagai aplikasi belajar online, TVRI, dan tugas di rumah. Tapi lihatlah apa yang kemudian terjadi. Anak-anak jadi bosan karena pembelajaran jarak jauh telah merenggut kenikmatan berkumpul mereka.

Bahkan, kebosanan ini diperjelas dengan hasil belajar yang tidak efektif. Buktinya? Saya punya teman seorang wakil kurikulum sekaligus guru yang mengajar di salah satu SMK terpadu di daerah Lebong.

Sekolahnya cukup pelosok tapi karena ketersediaan sinyal akhirnya pembelajaran dilakukan secara daring.

Namun, dua minggu lalu saat sekolah menggelar ujian semester menggunakan google form, beliau cukup kesusahan menghadapi siswa yang tidak mau mengerjakan ujian. Soal sudah dikirim ke grup Whatsapp siswa, tapi hanya sebagian kecil mereka yang mau mengerjakan.

Bagaimana coba, jika banyak sekolah yang menghadapi kasus seperti ini. Apa perlu muridnya diancam tidak naik kelas? Tidak perlu sampai begitu, kan? Tapi beginilah kenyataannya.

Coba saja waktu itu belajar dan ujian digelar secara tatap muka. Dijamin seluruh siswa akan hadir dan ujian pun terselesaikan. Nyatanya untuk akrab dengan dunia digital sebagian sekolah masih butuh waktu untuk meraba-raba pendekatan yang pas untuk belajar.

Beda halnya jika pembelajaran jarak jauh diterapkan pada daerah yang sudah terbiasa dengan aplikasi digital. Mungkin bagi mereka di sana, aplikasi digital adalah makanan sehari-hari baik oleh para murid maupun orang tuanya. Jadi, bisa lebih cepat beradaptasi.

Kebetulan pada tanggal 15 Juni 2020 kemarin dirilis panduan alias pedoman penyelenggaraan pembelajaran tahun ajaran baru 2020/2021 dengan tajuk SKB 4 Menteri, berarti mulai ada kejelasan terkait bagaimana sistem pembelajaran di era Covid-19 ini.

Salah satu kejelasan itu adalah, pembelajaran di tahun ajaran baru akan diterapkan dengan 2 pola umum berdasarkan zona penyebaran Covid-19.

Bagi daerah dengan keterangan zona hijau, punya kesempatan untuk belajar secara tatap muka. Sedangkan bagi daerah zona kuning, orange, dan merah hanya menggelar pembelajaran dari rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline