Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Umur Menulis Itu Tak Berbilang, Makin Cepat Mulai Makin Gemilang

Diperbarui: 8 Juni 2020   14:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makin Cepat Menulis Makin Gemilang. Gambar diolah dari Pixabay

"Wah, Ozy sudah mulai rajin menulis ya sekarang. Cihuy"

"Duh, emangnya aku pada zaman baheula enggak cukup rajin, ya!"

Begitulah kalau aku sudah berjumpa dengan teman lama, ada-ada saja hal baru yang jadi bahan pembicaraan. Menuju satu tahun aktif menulis di Kompasiana dan blog pribadi, rasanya teman-teman lama sudah sadar dengan perubahan gaya hidup yang aku tampilkan.

Perubahan yang tampak paling jelas adalah postingan-postingan di media sosialku. Dulu sebelum mulai "rajin" menulis, postingan yang sering aku bagikan di media sosial adalah foto, kata-kata motivasi, hingga gambar-gambar editan. Tapi sekarang? Aku sering bagi-bagi link.

Sudah jelas likers-ku menurun. Padahal kalau share foto, aku bisa dapat 100-300 likers dalam sehari. Tapi, ya, tak mengapalah. Toh, aku bukan penulis terkenal yang mampu mengguncang dunia. Kalau mengguncang hati pembaca, mungkin. Upps

Hanya saja, semakin ke sini aku malah semakin sadar bahwa kebiasaan menulis berdampak sangat baik untuk kemajuan diri. Makin sering menulis, tulisan makin bagus dan sang penulis makin mudah menuangkan segala sesuatu yang ia pikirkan. Yang penting, fokus!

Lalu, Kapan Sebaiknya Aku Mulai Menulis?

Mulai Menulis. Gambar dari Pixabay

Aku percaya, selama ini tiap-tiap orang dari semua kalangan umur tidak bisa jauh dari aktivitas menulis. Bahkan, aku sempat iri dengan murid-muridku di SD yang mahir menulis pantun. Sudah menulisnya cepat, hafalnya gesit pula.

Di sinilah kemudian ada setumpuk penyesalan yang hinggap di hatiku. Mengapa dulu aku tidak terlalu dekat dengan kata-kata, mengapa aku dulu tidak ramah dengan pena, dan mengapa dulu aku kurang akrab dengan keyboard laptop.

Di zaman SD aku suka bingung sendiri saat diminta buat pantun, pusing-pusing sendiri dalam merangkai diksi, bahkan susah sekali untuk menghasilkan karangan pribadi. Bagaimana dengan diary?

Wah, dulu saat masih SMP aku ada 2 buah diary tapi isinya kosong. Aku cuma naksir dengan bentuk dan warna-warni kertas tanpa mau mengisinya. Hihihi

Beda dengan murid-murid SMP yang sempat kuajar beberapa tahun lalu. Mereka sudah sangat mahir membuat puisi, makalah, dan berbagai jenis karya ilmiah lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline