Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Lebaran Lebih Berkesan Tanpa Pertanyaan Horor Tahunan Ini

Diperbarui: 25 Mei 2020   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh mentatdgt dari Pexels

Idulfitri di tengah pandemi, rasanya memang berbeda dibandingkan idulfitri pada tahun-tahun sebelumnya. Dari sisi keramaian, ada yang berkurang. Dan dari sisi keamanan, kehadiran corona memang cukup ditakuti.

Darinya, berbagai kegiatan ibadah pun telah kita lalui dengan cara yang berbeda. Kemarin kita sempat memulai ibadah tarawih di rumah, dan tadi dilaksanakan salat Idulfitri juga di rumah.

Kebetulan di desa kami keadaannya masih zona hijau sehingga pemerintah daerah setempat membolehkan pelaksanaan salat Idulfitri berjamaah di masjid.

Namun, demi keamanan dan keselamatan diri, kami sebagai warga tetap wajib mengikuti protokol kesehatan yang ada seperti membawa sajadah sendiri, siap sedia dengan masker, semprot hand sanitizer, hingga membatasi kegiatan berjabat tangan.

Kesan lebarannya memang sungguh berbeda. Sebenarnya ingin sekali meramaikan masjid maupun mendatangi rumah tetangga satu per satu. Hanya saja, ada keraguan besar dalam hati diiringi dengan sikap kehati-hatian agar jangan sampai tertular oleh wabah.

Jadi, lebih amanlah melaksanakan ibadah dari rumah serta tetap bersilaturahmi secara virtual. Walaupun kenyataannya sepi, secara digital kita masih bisa menciptakan kesan keramaian.

Kembali berbicara soal lebaran di tengah kesepian, sebenarnya kesan ini juga pernah saya rasakan di tahun 2017. Saat itu saya masih berada di tanah rantau dan bekerja sebagai kontraktor PT Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) Perawang di bidang Stationary (STT).

Karena waktu itu dompet kurang tebal, saya terpaksa membatalkan keinginan untuk pulang kampung. Sayangnya saat itu saya juga kesepian karena teman-teman satu kompleks sudah berlabuh entah ke mana.

Akhirnya, saya sengaja mengambil shift lembur tepat di tanggal 1 Syawal. Paginya saya salat Idulfitri, dan setelah salat saya langsung lembur selama 16 jam di pabrik.

Di lokasi kerja, saya menemukan banyak teman-teman kontraktor non-muslim. Wajar memang, para pekerja muslim pasti sudah mengambil jatah libur lebaran. Kalaupun jatah libur sudah habis, mereka akan melakukan change shift alias tukaran hari dan jam kerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline