"Hilal telah tampak, bang Alzam!"
Begitu teriak Falisha kepadaku yang masih sibuk bercengkramah dengan gadis penjual es oyen di dekat bundaran. Sontak saja aku terperanjat. Kukira Falisha langsung cemburuan dengan sikap gadis es oyen yang sempat menebar senyum lebih dari 5 detik kepadaku.
Kuberi tahu, Falisha memang selalu begitu. Setelah hampir 6 tahun mengarungi samudera percintaan bersama perahu yang kita tumpangi bersama, sosok gadis imut yang sering menirukan gaya hijabnya Laudya Chintia Bella ini begitu posesif.
Jangankan gadis penjual es oyen, kepada bibi tukang bakso saja Falisha langsung marah-marah. Kejadiannya tepat 2 tahun yang lalu saat kita berbuka puasa bersama di sebuah warung bakso.
Hanya gara-gara aku terlalu lama berbincang dengan bibi penjual bakso, mata Falisha langsung menjelit tajam menusuk sampai ke hatiku. Wajar kugemetar, dari hari itu hinggalah hari ini rasa sayangku tidak berubah. Tambah sayang, malahan.
***
"Bang, besok beneran lebaran, loh!"
Falisha langsung memangkas kekhawatiran sekaligus prasangka burukku kepadanya. Aku lega, kukira Falisha mau memarahi gadis penjual es oyen. Untungnya tidak. Saat kupikir lagi, tidak mungkin Falisha mau mencak-mencak dan menaruh rasa cemburu yang berlebihan.
6 tahun sudah kita selalu beli es oyen di sini dan selama itu aku belum pernah menaruh rasa kepada gadis lain. Bundaran yang dekat ini bisa jadi saksi. Kuyakin sepenuhnya, Falisha pasti lebih mengerti dan dewasa.
"Pas banget, dek. Berarti malam nanti kita bisa takbiran di masjid masing-masing, kan?"