Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Maafkan dengan Setulus Hati, Begini Pesan dari Ubi Jalar

Diperbarui: 23 Mei 2020   13:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ubi jalar di kebun. Gambar dari pxhere.com

"Lihatlah tumbuhan ubi jalar, kita tidak bisa menebak berapa banyak ubi yang tersimpan dalam tanah. Daunnya mungkin sudah layu dan mengering, tapi sebelum digali kita tak pernah tahu."

Kira-kira seperti itulah perumpamaan sebuah permintaan maaf. Ibarat tumbuhan ubi jalar, kita tak bisa menebak apakah maaf kita diterima atau malah ditolak oleh orang lain. Senyumnya mungkin indah, tapi soal hati siapa yang tahu!

Kalaupun mau cari tahu, terpaksa kita harus cabut ubi jalar beserta akar-akarnya. Hanya saja, ini hati manusia. Tak bisa kita cabut, kan? Pada akhirnya kita tetap harus meminta maaf dengan setulus hati.

Kebetulan 2 hari lagi kita akan berganti bulan, dari Ramadan menjadi Syawal. 1 Syawal alias hari raya Idul Fitri adalah hari kemenangannya umat muslim. Kemenangan di sini bukan sekadar selesai menjalankan ibadah puasa melainkan juga kemenangan untuk mencapai takwa.

Ya, dalam 30 hari berpuasa minimal harus ada yang berubah dari diri seorang hamba. Mulai dari kualitas ibadah, kuantitas ibadah, hingga akhlak semuanya mesti ada peningkatan.

Di sela-sela peningkatan kualitas ibadah, kita biasa menambah kelapangan hati dengan cara saling bermaaf-maafan antar sesama  keluarga, kerabat, tetangga, teman hingga sahabat. Hanya saja, situasi saat ini berbeda drastis sebagai imbas dari pandemi Covid-19.

Saya sendiri pun awalnya cukup bingung harus bersikap bagaimana. Terang saja, semenjak jadi guru saya biasanya dikunjungi oleh murid-murid SMP. Tidak kenal jarak jauh maupun dekat, mereka biasanya tetap semangat untuk mengunjungi.

Hal itu sekaligus menjadi pengalaman yang begitu menyentuh bagi saya. Bagaimana tidak, biasanya saya hanya mengunjungi guru maupun dosen, tapi di hari itu saya malah dikunjungi balik. Bahkan, anak-anak rela menyewa angkot demi sampai ke rumah saya. 20 KM, jauh bro!

Tapi, karena keadaan hari tidak memungkinkan untuk saling berkunjung, mau tidak mau silaturahmi hari raya Idul Fitri dialihkan ke media digital. Tak mengapalah, meski rasanya jadi berkurang yang penting kita tetap sehat dan masih bisa saling bermaaf-maafan.

Walaupun demikian adanya, jika berbicara tentang silaturahmi di hari raya saya jadi teringat masa kecil. Waktu itu tepatnya pada hari raya pertama dan kedua, saya sudah bersiap-siap untuk merebus ubi jalar, tepatnya ubi jalar merah.

Ubi jalar merah. Gambar dari agronet.co.id

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline