Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Santapan Rohani Ramadan: Hujan, Panas, dan Hujan Panas

Diperbarui: 17 Mei 2020   23:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangan dan hujan. Gambar oleh Jos Manuel de La dari Pixabay

Apakah Anda mampu menghitung berapa jumlah butiran hujan yang Allah turunkan ke bumi?

Dari tadi siang hinggalah malam ini, desa saya masih dilanda hujan. Dimulai dari gerimis, kemudian menyusul jadi hujan deras. Berhenti sesaat, dan tiba-tiba hujan lebih deras lagi.

Dedaunan jadi basah, atap rumah jadi gemetar, dan batu-batu gunung yang tertusuk oleh butiran air hujan semakin memperbesar lubangnya. Jalanan pun kesepian, hanya ada beberapa orang yang berlalu-lalang menggunakan payung maupun jas hujan.

Saya yang menyaksikan turunnya hujan dari kamar menyempatkan diri untuk menatap hujan, kemudian merenung dengan sandaran QS Qaf ayat 9-11:

"Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan."

Alangkah banyaknya nikmat yang sudah Allah turunkan melalui hujan. "Allahumma Shayyiban Naafi'an."

Para petani senang, tukang bakso hingga mie ayam bahagia karena kesejukan yang dihadirkan oleh hujan akan membuka pintu rezeki mereka. Begitu pula rumput-rumput yang tersebar di berbagai penjuru dunia, dahaga jadi terobati sehingga mereka bisa terus hijau dan merona.

Namun, belum sempat merenung lebih lama, datang pula prasangka keluh dan dugaan mudharat sebagai imbas dari hujan. Peluang terjadinya banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, hingga jemuran pakaian yang tak kunjung kering terus berlabuh di alam pikir.

Semestinya syukur yang diperbanyakkan sebagai perwujudan dari perenungan tentang hujan, bahwa sejatinya Allah tidak pernah meminta hamba-Nya untuk menghitung berapa banyak nikmat, melainkan meminta kita untuk bersyukur.

Tapi, kalau hujan sudah menjelma jadi ujian, bagaimana?

Sejenak, coba kita anggap pandemi Covid-19 adalah hujan. Jadi, Covid-19 termasuk nikmat atau ujian? Agaknya, jika pertanyaan ini kita lemparkan kepada jamaah, maka jawaban Covid-19 sebagai ujian bisa unggul telak. Siapa coba, yang mau mengatakan pandemi sebagai nikmat?

Layaknya ujian, ada rasa takut, rasa gusar, prihatin, empati yang beranak-pinak, dan ada pula cacian terhadap wabah ganas ini. Secara logika memang tidak bisa dimungkiri. Apalagi di bulan suci Ramadan, rutinitas ibadah ke masjid serta kegiatan sosial lainnya jadi terganggu.

Meski demikian adanya, karena kita diberikan akal untuk senantiasa berpikir dan menghayati, tidak ada salahnya menganggap keberadaan pandemi sebagai nikmat, kan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline