Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Trik Bersedekah agar Tak Congkak dan Pentingnya Seorang Pelopor

Diperbarui: 8 Mei 2020   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar oleh Marcelo Bragion dari Pixabay 

Bulan penuh kemuliaan di tengah pandemi Covid-19, agaknya inilah momentum yang pas bagi kita untuk meningkatkan kualitas takwa dengan cara bederma alias bersedekah. Lahan sedekah sudah tersedia di sekitar kita, juga di seluruh penjuru bumi Indonesia.

Bibit sedekah bisa dalam bentuk apapun. Mau dengan uang, dengan senyum, dengan tenaga, dengan menolong sesama, memberikan peluang orang lain untuk berbuat baik, hingga dengan cara-cara bai lainnya selama sandaran sedekah disandarkan kepada Allah, maka disilakan.

Makin tinggi keikhlasan, makin tinggi pula peluang seorang hamba untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Tapi, makin rendah keikhlasan, maka bisa jadi bibit yang hamba tanam melalui sedekah tidak akan tumbuh menjadi pahala. Bukan karena salah lahan, tapi salah hati.

Mengapa kok hati yang salah? Lagi-lagi hati memang merupakan perkara yang sensitif. Apakah hanya ada darah atau malah ada penyakit, kita tidak pernah tahu isi hati seorang hamba.

Tambah lagi, setan selalu punya banyak cara untuk "membatalkan" pahala kita dengan memanfaatkan kelembutan sebuah hati. Kita ambil contoh sedekah yang tadi, kemudian disandarkan pada kalam Allah berikut ini:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya' kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah)..." QS Al-Baqarah:264

Sedih rasanya jika kita bersedekah, kemudian datang bersamaan dengannya perasaan ujub, congkak, dan riya hingga akhirnya pahala sedekah kita tak berbekas seperti halnya batu licin yang tak bertanah.

Untuk itulah, kiranya kita butuh sedikit trik dalam bersedekah. Kalau strategi sedekahnya adalah sembunyi-sembunyi, rasanya pembaca sekalian lebih pro dalam menutupi kebaikan. Tapi, kalau sedekahnya secara terang-terangan? Inilah perkara sensitif yang mesti kita tata.

Terang saja, sedekah secara terang-terangan memungkinkan kita untuk melahirkan tiga hal. Bisa melahirkan "Connecting Happines", perasaan congkak, serta bisa pula memunculkan perasaan minder dari orang lain.

Kalau sedekah yang kita keluarkan bisa menghubungkan kebahagiaan banyak orang, enak pula. Insya Allah hati ini akan lebih lega dan pahala akan mengalir deras. Tapi, kalau yang lahir adalah perasaan congkak dan membuat orang lain minder? Inilah alamat bahaya.

Nah, untuk menata hati agar tidak congkak dalam bersedekah secara terang-terangan terutama yang berbentuk uang, saya biasanya suka menggulung uang yang bernominal besar kemudian melapisinya dengan uang ribuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline