Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Ramadan Murung, Tidak Bisa Lihat Anak-anak "Perang" Sarung

Diperbarui: 20 April 2020   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pelaksanaan shalat Tarawih pertama di Masjid Sunan Ampel Surabaya saat bulan Ramadan 16 Mei 2018. | Sumber: Kompas.com/Garry Andrew Lotulung

Marhaban ya Ramadhan. Tinggal hitungan jari, ramadan akan segera datang. Semoga dengan kesehatan diri dan kemantapan iman, kita tetap bisa menjalankan ibadah serta memetik bunga-bunga kemuliaan di setiap waktu ramadan.

Walau pandemi Covid-19 masih melanda, bersyukur kita karena masih diberi kesempatan umur oleh Allah SWT untuk mengarungi karunia ramadan tahun ini. Kita adalah orang-orang pilihan yang diberikan peluang untuk kembali menata dan memantapkan kualitas takwa.

Meski begitu, agaknya kali ini rasanya ramadan cukup kesepian. Seiring dengan keluarnya panduan beribadah di bulan puasa yang dituangkan oleh Kemenag dalam Surat Edaran No 6 tahun 2020, terungkap ada beberapa hal yang ke depannya belum bisa kita maksimalkan.

Dalam waktu dekat belum akan kita temui lagi momen berbuka puasa bersama, sahur bersama, tadarus Quran bersama, shalat Tarawih berjamaah, bahkan kegiatan-kegiatan Islam lainnya.

Anggaplah kiranya berbuka puasa dan sahur bersama tidaklah terlalu dipentingkan, tapi bagaimana dengan shalat Tarawih berjamaah? Rasanya tidak tega hati melaksanakan shalat Tarawih di rumah, apalagi sendirian.

Biasanya, ibadah shalat Tarawih selalu dipaketkan dengan ibadah-ibadah lainnya. Pengalaman saya tahun lalu, setelah shalat Isya berjamaah akan ada kultum atau ceramah singkat. Setelah itu dilaksanakan shalat Tarawih dan Witir, hingga ditambah dengan tadarus Quran.

Anak-anak muda bergantian dapat jadwal azan. Saya pun beberapa kali mengisi kultum singkat dan belajar sebagai imam. Jika sudah tiba waktu tadarusan, maka orangtua dan anak-anak yang masih di masjid akan begitu senang.

Banyak jajanan datang, kadang ada gorengan, ada buah-buahan, martabak, hingga minuman-minuman segar lainnya. Suasana malam dipenuhi dengan lantunan indah Quran jelang tidur. Saya yakin, emak-emak di rumah pasti bangga jika kedengaran ada suara anaknya sedang ngaji.

Hari pertama ramadan, masjid penuh. Hari kedua, tambah penuh. Hari ketiga, sampai bentang sajadah dan rapat-rapatan saf. Minggu kedua, saf makin maju. Dan minggu terakhir, kemajuan saf makin bombastis. Setiap tahun begitu, tapi tetap ada syukur karena masjid masih berisi.

Ilustrasi anak pakai sarung. Foto dari Instagram/msphotograph_medan via idntimes.com

Tapi, belum untuk hari ini. Masjid masih berpindah ke rumah dan kisah-kisah ibadah puasa tahun belakang belum mampu diulang. Hanya bisa diceritakan dengan nada sepi dan murung seperti ini.

Tapi lagi, tak mengapalah. Selagi belum habis tanggalan ramadan, selagi itu pula kita masih punya kesempatan untuk bersua di rumah ibadah. Yang penting, maksimalkan dulu ibadah puasa di rumah bersama keluarga tercinta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline