Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Belajar dari Rumah: Jika Terlalu Banyak Alasan, Kapan Belajarnya?

Diperbarui: 18 April 2020   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar oleh StockSnap dari Pixabay 

Hari-hari belajar di rumah sudah cukup lama kita jalani. Kira-kira satu bulan, dan selama satu bulan itu entah bagaimana kabar sekolah. Semoga saja tidak ditempati hewan-hewan buas. Atau, jangan-jangan sekolahnya sudah pindah? Hmm, tidak mungkin!

Jika di minggu-minggu awal libur banyak postingan tentang guru yang mengajar di kelas tanpa ada siswanya, maka belakangan ini tampaknya lebih banyak muncul postingan kejenuhan. Baik itu guru, wali murid, maupun muridnya sendiri secara bergantian update status.

Ada murid-murid di sana, protes dan ngadu di media sosial karena sakit kepala tertimpa banyak tugas dari guru. Selain tugasnya banyak, murid-murid juga ikut sakit perut karena waktu pengerjaan tugas begitu sempit, lebih sempit dari celana legging.

Ada para wali murid di situ, protes dan ngomel di media sosial karena kelelahan mendampingi anaknya. Selain mendampingi, mereka juga pusing menatap isi dompet yang mulai dipenuhi sarang laba-laba, gegara harus bagi-bagi duit untuk beli kuota internet.

Ada para guru di suatu daerah, mengeluh dan garuk-garuk kepala karena fasilitas belajar online masih zonk. Di suatu daerah yang lain tidak ada sinyal internet, tidak ada sinyal TVRI, hingga tidak tahu harus bagaimana lagi.

Belum selesai, bahkan lembaga KPAI pun ikut menampung omelan dan mengeluh mengapa guru begitu tega mengirim tugas yang maha banyak kepada anak-anak di rumah.

Total ada total 213 aduan yang bertamu ke meja KPAI. 95 aduan dari jenjang SMA, 32 aduan dari SMK ,19 aduan dari jenjang pendidikan MAN, 23 kasus aduan dari para siswa di jenjang SMP, 3 aduan untuk jenjang SD, serta masing-masing 1 aduan di jenjang MTS dan TK.

Terlalu banyak aduan, terlalu banyak alasan. Kira-kira siapa yang pusing? Rasanya semua stakeholder pendidikan jadi pusing. Apalagi Mas Nadiem!

"Tapi jangan terlalu pusing, Mas Nadiem. Kami butuh gebrakan-gebrakan membahana lainnya!"

Terang saja, di tengah pandemi Covid-19 Mas Nadiem bersama Kemendikbud sudah cukup berjuang dan keringatan untuk memperjuangkan hak anak-anak atas pendidikan.

Terbaru, Kemendikbud sudah menjalin kerja sama dengan TVRI untuk mengalirkan siaran layanan pendidikan ke seluruh penjuru negeri Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline