Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Isi Buku Pelajaran Mau Dirombak? Bagus, Deh!

Diperbarui: 5 April 2020   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi buku ajar Kurikulum 2013. dok/Ozy V. Alandika

Akhirnya, Mas Nadiem mulai menyadari bagaimana beratnya beban siswa hari ini. Bukan hanya beban kurikulum 2013 dari komponen mata pelajaran, tapi juga beban atas banyaknya buku.

Hal ini beliau sadari setelah meratapi skor kemampuan membaca para siswa di Indonesia yang lebih rendah dibanding kemampuan Matematika dan Sains menurut penilaian Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018.

Untuk diketahui, skor berturut-turut untuk kategori Membaca, Matematika, dan Sains adalah 371, 379, dan 396. Nilai ini mengalami penurunan dibanding tes di tahun 2015, di mana berturut-turut Membaca, Matematika, dan Sains kita meraih skor 397, 386, 403.

Cukup menyedihkan kiranya, semakin bertambah tahun kok skor kita semakin turun. Lebih lagi jika menatap kemampuan rata-rata negara Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang sudah berada di angka 487. Duh, jauh sekali!

Dari sini, tampak bahwa keberadaan Kurikulum 2013 belum mampu berbicara lebih untuk mendongkrak semangat literasi. Untuk itulah, menurut Mas Nadiem perlu ada perubahan besar-besaran dengan tema cinta membaca.

"Untuk meningkatkan literasi harus mengubah paradigma, buku-buku yang digunakan di sekolah selama ini hanya fokus ke buku-buku paket pembelajaran dan kurikulum, tapi yang lebih penting lagi bagaimana agar mereka mencintai membaca." kata Mas Nadiem lewat konferensi video dari kantornya di Jakarta, Jumat  (03/04/2020).

Rasanya perlu kita garisbawahi bahwa mengubah paradigma merupakan hal yang sulit, terlebih lagi bagi siswa. Terang saja, beban buku paket pembelajaran dan kurikulum 2013 saja sudah bertumpuk, bagaimana mau tambah beban!

Kita perlu melihat fakta bahwa di setiap harinya siswa bisa menenteng buku sampai dua tas dari rumah ke sekolah. Bayangkan bila beban ini dipikul oleh siswa-siswa SD. Beratnya, barangkali lebih dari 5 kilogram dan jika keseringan, bisa-bisa mereka demam.

Tapi, mau bagaimana lagi? Tuntutan kurikulum 2013 memang begitu. Paling-paling, jika suatu hari siswa merasa keberatan membawa buku, mereka akan meninggalkannya di laci kelas. Lalu, apa yang akan terjadi?

Akhirnya, di ujung semester buku-buku utama kurikulum 2013 itu tertukar dan bahkan ada yang sampai hilang. Seperti inilah kisah-kisah lampau yang saya temui selama hampir dua tahun bekerja sebagai staf di perpustakaan sekolah SMP.

Dalam setiap semesternya, lebih kurang ada 12-13 buku pelajaran yang mesti diambil oleh siswa. Gratis? Tentu saja, modal siswa hanyalah wajib membawa sampul saja.

Sayangnya, meskipun gratis tidak semua siswa mau mengambilnya. Berkali-kali saya sempat berkoar keliling kelas hanya untuk mengajak siswa mengambil wadah ilmu mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline