"Tak mengeluh, Meisya Siregar malah menyempatkan diri mendampingi anak-anaknya untuk belajar dari rumah. Lebih dari itu, Meisya juga merasakan bahwa profesi guru itu sangat sulit dan mulia."
Siapa sangka, kebijakan belajar dari rumah yang baru beberapa hari ini diterbitkan sudah meninggalkan banyak kisah.
Senangnya, saat belajar dari rumah anak-anak tidak perlu terpaku dengan bel istirahat. Jika lelah bisa ngemil, jika letih bisa tidur sebentar, jika bosan bisa main game sebentar. Porsinya bisa diatur, asalkan anak-anak bisa mengatur waktunya dengan baik.
Galaunya, anak-anak sementara belum bisa berjumpa dengan teman-teman seperjuangan dan gurunya secara langsung di sekolah. Karena coronavirus, penduduk sekolah hanya bisa saling berjumpa melalui ruang maya, tentu saja bagi daerah-daerah yang sudah bersinyal.
Galaunya lagi, para orangtua disilahkan membagi waktunya lebih banyak hanya untuk menemani anaknya belajar dan mengerjakan tugas dari rumah. Kuota bisa jadi bobrok, dan pekerjaan orangtua bisa jadi tambah banyak dan merepotkan.
Ternyata kebijakan libur alias belajar dari sekolah ini lebih banyak galau dari senangnya, ya?
Tergantung, sebenarnya. Bagi anak-anak maupun orangtua yang mau mengurangi keluh mereka dengan memetik hikmah belajar di rumah, mungkin akan melegakan. Tapi, jika sebaliknya? Bisa jadi, libur kali ini akan begitu melelahkan.
KPAI misalnya, telah menghimpun setidaknya ada 51 pengaduan yang masuk dan mengeluhkan beratnya tugas yang diberikan guru.
Karena banyaklah keluh ini, KPAI memberi 4 saran menyikapi keluhan anak-anak yang belajar dari rumah:
- KPAI meminta stakeholder pendidikan membangun rambu-rambu untuk para guru sehingga proses home learning ini berjalan dengan menyenangkan dan bermakna.
- Jadikan pembelajaran daring sebagai sarana untuk saling memotivasi, menumbuhkan rasa ingin tahu anak, mempererat hubungan dan saling membahagiakan.
- Home Learning dan Online Learning untuk interaksi secara virtual.
- Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah tidak perlu menuntut para guru lapor hasil pembelajaran tiap hari.
Mengingat kebijakan belajar dari rumah merupakan perihal darurat, rasanya KPAI agak telat bereaksi. Jika ingin sedikit "mengatur" jalannya home learning, semestinya sudah mengusulkan jauh-jauh hari sebelum para siswa dikembalikan ke rumah.
Terang saja, tidak sedikit siswa yang sudah diajak oleh orangtuanya untuk pergi dan menginap di ladang bersama tugas-tugasnya. Pertimbangan lain, bisa jadi guru memberikan tugas yang cukup banyak karena hanya dengan tugas-tugas itulah siswa akan "terpaksa" buka buku.
Lebih dari itu, sebaiknya baik KPAI maupun para netizen jangan terlalu mudah terkecoh dengan banyaknya halaman tugas. Ada 100 halaman misalnya, belum tentu semuanya adalah tugas. Apalagi ini buku tematik, kan halamannya lompat-lompat sesuai tema.