"Kalian berdua mau berkelahi? Tuh, silahkan ke lapangan. Biar teman-teman, bapak dan ibu guru yang nonton!"
Kiranya seperti inilah pesan yang sering saya dan rekan-rekan guru berikan saat kami melihat siswa SD yang hampir berkelahi. Entah serumit apa masalah itu hingganya mereka memerahkan muka dan tersulut emosi.
Saat tangan-tangan mereka sudah saling memegang kerah baju, maka saat itulah teguran tadi dilayangkan. Atau, saat mereka sudah mulai berkelahi pun masih bisa.
Terang saja, jika teman-teman sesama SD yang melerai, mereka yang berkelahi enggan dipisah. Bahkan malah makin tersulut dan ingin lebih. Keberadaan guru sangat penting di sini. Bukan sekadar untuk melerai, melainkan bisa segera memadamkan emosi para siswa yang berkelahi.
Tapi, apa jadinya jika guru yang terbiasa melerai siswa malah gantian berkelahi dan dilerai oleh siswa? Di kelas pula!
Tepatnya pada hari Senin (03/02/2020) kemarin, warga bumi Indonesia dikejutkan dengan video viral yang memperlihatkan dua oknum guru SMA di Medan sedang berkelahi.
Yang menjadikannya miris, perkelahian antara guru Matematika dengan guru Olahraga ini terjadi di dalam kelas dan dilerai oleh siswa. Di sinilah kita kadang jadi bingung, mana yang murid mana yang siswa!
Sebenarnya, kasus ini bermula dari perilaku yang tak beretiket. Niat guru Olahraga yang ternyata adalah anaknya kepala sekolah ini ingin memanggil dua siswa untuk keluar kelas. Hal ini juga merupakan perintah langsung dari wakil kepala sekolah.
Tanpa izin terlebih dahulu dengan guru di kelas, ia langsung saja memanggil dua siswa tadi untuk keluar. Jelas saja, jika seperti itu caranya, guru manapun tidak akan mengizinkan.
"Setelah 10 menit, siswa itu tidak datang. Diulangi kembali lah (oleh guru Olahraga untuk memanggil). Terjadi perkelahian dan adu mulut di dalam kelas." Ujar Kepala Sekolah.
Lebih lanjut, sang Kepala Sekolah menegaskan bahwa guru Matematika ternyata sudah melakukan pembohongan publik dengan menyebutkan pengakuan bahwa motornya sudah dirusak oleh sang guru Olahraga.