Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Bagaimana Jika Tidak Ada Lagi Siswa yang Mau Jadi Guru?

Diperbarui: 5 September 2019   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru SD dianiaya oleh orangtua siswa. Sumber: tangkapan layar youtube.com @kekerasansekolah

Tindakan penganiayaan guru kembali mendadak viral. Kali ini guru dianiaya oleh orangtua murid, tepatnya di kabupaten Gowa rabu siang (04 September 2019). Dilansir dari tribun-timur.com, Guru yang dianiaya bernama Ibu Astiah yang mengajar SD Negeri Pabbangiang, Jalan Andi Tonro, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.

Tindakan penganiayaan itu diketahui setelah viral di youtube. Mirisnya, hanya dalam waktu dua jam, telah ditonton hingga 800 kali. Dalam tayangan video tersebut, terlihat ada orangtua murid yang memasuki kelas pada saat jam pelajaran. Setelah beberapa saat adu mulut, akhirnya Ibu Astiah mendapatkan beberapa pukulan keras dari orangtua murid. Mirisnya, peristiwa ini terjadi dihadapan murid satu kelas, dan murid-murid itulah yang menenangkan Ibu Astiah.

Menurut Ibu Astiah, aksi penganiayaan ini dipicu ketika seorang siswa terlibat pertengkaran dengan temannya didalam kelas, sehari sebelum kejadian. Ibu Astiah pun mengajak damai kedua siswa tersebut, tapi orangtuanya tidak terima karena menduga siswa lainnya tidak ikut dihukum. Atas kejadian ini, pihak sekolah melaporkan tindakan orangtua siswa tersebut ke Polsek Somba Opu.

Siswa Yang Salah, Guru Yang di Hukum

Melihat dan membaca kejadian diatas, jelas yang salah adalah siswanya. Guru malah beritikat baik dengan mendamaikan kedua siswa. Tapi ironisnya, malah guru yang dihukum oleh orangtua murid. Saya pribadi sebagai seorang guru sungguh nyesek melihatnya. Orangtua tidak seharusnya bersikap centang perenang seperti itu. Kenapa tidak duduk dan bercerita dahulu dengan gurunya.

Seharusnya, orangtua siswa tadi datang dengan cara baik-baik ke sekolah. Pertemukan kedua siswa yang bertengkar, dan duduk satu meja bersama guru. Jika perlu, disaksikan oleh wali kelas, guru PKN, guru agama, dan guru BK untuk menyelesaikannya. Entah apa yang terjadi dengan dunia ini, seakan-akan mulai miring dan terbalik.

Jika kita ingat dulu, ketika kita sebagai siswa melakukan kesalahan disekolah, entah itu bertengkar, tidak buat pr, di jewer, atau bahkan dipukul guru, kita tidak berani melapor kepada orangtua di rumah. Kenapa? Kalau melapor, malah ditambah pukulannya sama orangtua, dan dimarah habis-habisan.

Guru dahulunya begitu dihormati. Terang saja, kita dahulu saat menjadi siswa tidak berani berjalan tegap ketika melewati guru. Bahkan masuk ruang guru pun masih pikir dua kali. Tapi sekarang, siswa seakan seenaknya dengan guru, bahkan menganggapnya teman sebaya, kawan, bahkan orang yang di "taksir". Tidak ada rasa takzim sama sekali.

Dimana letak menghargai guru? Jika terus-terusan seperti ini, harusnya orangtua tidak perlu menyekolahkan anaknya dan bertemu guru. Lebih baik orangtua buat sekolah sendiri, ijazah sendiri, dan mengajar sendiri. Biar ia tahu bagaimana susahnya guru membentuk karakter anak. Hmmm, jelas ini tidak akan mungkin terjadi. Ini hanya keluh, agar guru lebih dihargai.

Guru Gajinya "Kecil"

Jika kita adalah anak guru, seorang guru, punya kerabat guru, dan banyak tetangga guru, maka berbanggalah. Karena kita sedang berada didekat pahlawan dunia akhirat. Jika saat ini kita masih bangga dengan presiden, dengan gubernur, ataupun dengan menteri, maka tukarlah semua itu dengan guru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline