Lihat ke Halaman Asli

Ozzi Traveler

manusia biasa suka jalan-jalan

Inflasi, Deflasi, dan Resesi, 3 "Si" yang Hantui Rakyat

Diperbarui: 4 Agustus 2020   18:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kataindonesia.com

Sudah jadi rahasia umum bila laju inflasi hingga Juli 2020 cukup rendah bahkan mengalami minus atau deflasi. Inflasi tahunan (year on year/yoy) Juli 2020 terhadap Juli 2019 tercatat hanya 1,54 persen. Angka tersebut tercatat menjadi yang terendah dalam 20 tahun terakhir. Analisa ini disampaikan langsung oleh Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto belum lama ini.

Jadi tak salah bila banyak yang menduga Indonesia akan segera menyusul Negara yang sudah mengalami kemerosotan ekonomi atau resesi ekonomi kuartal ke II di tahun 2020. Apalagi kalau bukan karena wabah Covid-19.

Negara yang lebih dulu terkena resesi seperti Amerika, Korea Selatan, Singapura dan Hongkong masih beruntung dibanding Indonesia. Karena Apa? Negara-negara tersebut memiliki perekonomian yang sudah mapan. Indonesia? Negara baru berkembang dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah India dan Cina.

Seperti biasa, menjadi alasan klasik karena ekonomi nya terus digerogoti para penjahat kerah putih (koruptor) yang tak berhenti mencuri dan memakan uang rakyat.

Korupsi di mana-mana, pelakunya pun hingga kini masih banyak berkeliaran di luar sana. Lagi-lagi wabah virus corona dijadikan alasan atau kambing hitam dari para elit. Masyarakat yang berada di akar rumput hanya bisa pasrah. Menerima kenyataan bila Indonesia mengalami inflasi dan deflasi yang bisa mengalami resesi seperti Negara-negara maju.

Pada data BPS dikatakan bahwa Januari 2020, inflasi tahun kalender sebesar 0,39 persen atau masih dalam angka  normal. Namun, tingkat inflasi turun perlahan mulai Februari 2020 akibat wabah virus corona yang terus meluas dan dinyatakan masuk ke Indonesia pada awal Maret 2020.

Lalu, hubungan antara inflasi dan deflasi dengan resesi ekonomi?

Sebagai orang awam, politik itu memang sulit untuk ditebak. Tak sesusah permainan puzzle atau teka teki silang yang dijual banyak di warung-warung dekat rumah.

Semua sektor terlibat atas kemerosotan rupiah dan perekonomian tanah air. Polemik kekacauan ini disebabkan lemahnya kepemimpinan Presidennya yang dianggap lambat dalam menangani Covid-19 di awal kedatangnya.

Berawal dari salah mengambil keputusan dalam memutus mata rantai penyebaran virus hingga tidak konsistennya pemerintah untuk menjalankan kebijakan tersebut di tengah-tengah masyarakat.

Tentu kita ingat awal kebijakan yang dipilih oleh Presiden kala itu. Pembatasan Sosial Berskala Besar dipilih karena masyarakat tidak siap menjalankan karena alasan nafkah. Susah mendapatkan uang bila pemerintah mengambil kebijakan mengunci wilayah atau lockdown. Hingga kebijakan tersebut berakhir dan berubah ke new normal atau kebiasaan normal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline