Jazz Gunung sudah menjadi agenda rutin tahunan, digelar sekitar bulan Agustus, mengambil hari Sabtu-Minggu. Event yang keren di moment yang keren, lha wong saya dan istri sekalian bulan madu hehe... Di ketinggian 2000 meter diatas permukaan laut, alam Gunung Bromo berikut kondisi sosio-kultural di sekitarnya menjadi panggung hidup, bagian tak terpisahkan dari presentasi pemusik jazz saat itu. Kami menginap di rumah penduduk (homestay) dengan harga Rp.250.000 (per-hari), makan+minum 'ikut dapur' si pemilik homestay, dengan memberi beliau sekian puluh ribu (lupa nominalnya) untuk 2 hari 1 malam, tentu menunya sederhana. Jazz Gunung menjadikan musik jazz itu sendiri menjadi tidak tersekat oleh image "wah". Semoga tahun-tahun kedepan Jazz Gunung tetap diadakan, dan saya akan mengajak anak-istri menyambutnya.. hmm pasti keren..